Bekerja di sebuah penerbit buku, ternyata tak cukup dengan ilmu yang pas-pasan. Ilmu, khususnya penulisan, penerbitan, pemasaran, harus selalu diupdate dan ditajamkan. Contohnya adalah pemimpin redaksi atau pemred. Dia mengemban tugas-tugas mulia demi terbitnya sebuah naskah buku. Di sini kita tidak bicara soal enak tidaknya, karena kalau pekerjaan itu dinikmati, maka akan nikmatlah jadinya. Di sini saya akan sharing sedikit soal tugas dan kewajiban seorang pemred atau manajer editor. Di antara tanggung jawab yang diembannya ialah:
1.Menjalin komunikasi yang baik dan menciptakan tim work yang solid
Sebelum, ketika, dan sesudah melakukan suatu pekerjaan, pemred hendaknya selalu menekankan terciptanya komunikasi yang baik dan tim yang solid kepada anggotanya. Hal ini karena penerbitan sebuah buku merupakan kerja tim dan bukan kerja individual.
2.Membagi pekerjaan kepada editor dan akurator
Deskripsi: Naskah yang sudah disepakati TIM KREATIF, segera diorder kepada akurator atau editor. Pemred memberikan waktu kepada akurator/editor untuk membaca cepat naskah bersangkutan sebelum digarap.
3. Membuat jadwal penggarapan naskah
Penjadwalan kepada editor/akurator dilakukan dengan menimbang tiga hal, yaitu jumlah karakter, tingkat kesulitan, dan jam aktif bekerja. Jadwal meliputi seluruh proses hingga naskah siap dicetak, yaitu: jadwal akurasi, jadwal editing, jadwal proof reading+input, jadwal setting, jadwal koreksi PDF oleh pemred dan bagian printing, jadwal input koreksi, dan jadwal siap film.
4.Mengontrol pekerjaan editor
Deskripsi: Setelah editor/akurator mendapatkan job dan jadwalnya, pemred mengontrol proses yang sedang berjalan yang meliputi: potensi naskah, kendala dalam penggarapan, dan usulan penggarapan naskah. Editor juga memiliki tugas untuk memberi catatan pada naskah yang perlu dikasih catatan, Pengantar Penerbit, dan Back Kover naskah yang dieditnya.
5.Mengadakan rapat penjudulan
Setelah naskah selesai diedit oleh editor, pemred meminta editor bersangkutan untuk membuat sinopsis dan daftar isi untuk dipresentasikan dalam rapat penjudulan yang akan diikuti oleh tim kreatif. Pemred menentukan waktu dan tempat rapat penjudulan dengan mempertimbangkan: kesiapan editor untuk presentasi dan kehadiran tim kreatif. Dalam rapat penjudulan juga dibahas soal ide-ide pengemasan buku, baik isi maupun sampul.
6.Mengorder cover dan ISBN
Setelah naskah dijuduli, pemred atau pejabat yang ditunjuk mengorder pembuatan ISBN kepada sekretaris redaksi yang akan dikirimkan ke perpustakaan nasional. Pemred atau pejabat yang ditunjuk juga mengorder pembuatan kover ke bagian desain cover dengan menyertakan: judul buku, ukuran buku, sinopsis + daftar isi, dan beberapa rekomendasi dari tim kreatif.
7.Mengadakan presentasi kover
Pemred atau pejabat yang ditunjuk, mengundang tim kreatif untuk menilai kover yang sudah dibuat oleh bagian desain kover. Dalam presentasi tersebut, satu judul buku dibuatkan tiga alternative kover yang berbeda.
8.Mengoreksi naskah PDF
Setelah naskah selesai diseting dalam bentuk PDF, pemred mengoreksi naskah tersebut sebelum diseting. Adapun hal-hal yang diperhatikan ialah:
a.Kelengkapan naskah yang meliputi: Pengantar penerbit, mukadimah penulis, transliterasi Arab-latin, isi, penutup, referensi, dan biografi penulis jika ada.
b.Halaman identitas buku. Pemred atau pejabat yang ditunjuk hendaknya mengecek halaman identitas buku sehingga tidak terjadi kesalahan, yang meliputi: ISBN, judul buku, penulis, penerjemah, akurator, editor, tahun cetakan, dan imprint yang menerbitkan.
c.Daftar isi. Pemred atau pejabat yang ditunjuk hendaknya mengoreksi kesesuaian antara halaman yang tercantum dalam daftar isi dan halaman sebenarnya.
d.Khat Arab. Pemred atau pejabat yang ditunjuk harus mengecek khat Arab dan terjemahannya sebelum naskah dicetak.
Jika dalam proses koreksi ditemukan kesalahan, hendaknya ditandai beserta koreksinya kemudian diserahkan kembali ke setternya.
9.Mengoreksi kover dan Back cover
Setelah kover disetujui, pemred atau pejabat yang ditunjuk harus memastikan tidak ada kesalahan dalam kover, yang meliputi: nama penulis, judul buku, judul kecil, pin (jika ada), logo penerbit, tulisan di back cover (termasuk ISBN atau kategori buku jika ada), dan tulisan di punggung buku.
10.Menyerahkan file PDF dan cover ke bagian printing
Setelah semua langkah dilakukan, pemred atau pejabat yang ditunjuk hendaknya mengecek sekali lagi bagian-bagian yang sebelumnya dikoreksi untuk memastikan sudah diganti atau belum. Jika semua sudah oke, pemred atau pejabat yang ditunjuk langsung menyerahkan naskah buku yang sudah siap film ke bagaian printing.
Ya, ya, ya. Bisa jadi tugas dan penanggung jawab tugas-tugas tersebut berbeda di satu penerbit dan penerbit lainnya. Mengapa? Karena kata ahli manajemen, tidak ada sistem yang terbaik, tapi adanya adalah selalu mencari yang lebih baik. Namun intinya sama, yakni bagaimana mesin produksi buku ini terus berjalan dan bisa dijual. Sama saja apakah ada yang namanya pemred atau tidak. Mudah-mudahan sharing ini bisa menambah wawasan penerbitan kita.
Total Pageviews
Search This Blog
Friday, October 30, 2009
Wednesday, October 21, 2009
BAGAIMANA MENULIS BUKU YANG MENGGUGAH?
Apa itu buku yang menggerakkan? Apa itu buku yang menggugah? Dan siapa pula yang digerakkan atau digugah? Yang menggugah adalah penulis dan yang digugah adalah pembaca. Melalui apa? Ya tentu saja melalui tulisan yang ada dalam buku tersebut.
Apa contohnya? Ketika saya menulis buku BAHAGIA SAAT SAKIT (BSS), banyak orang yang tergugah dan tergerak setelah membacanya. Inilah beberapa komentarnya:
" Aku lagi baca bukumu nih yang berjudul Bahagia Saat Sakit. Buku kamu lumayan, jadi sedikit support bua aku saat ini. Tapi…kadang kumerasa lelah dengan semua cobaan ini.” (081 335 xxx xxx)
“Namaku Uswah, rumahku di Kendal, aku dah baca karya Anda, yang berjudul BSS, aku cuma mau ucapin teruslah berkarya untuk kemaslahatan umat.”
“Alhamdulillah saya merasa terbantu ketika saya dapat tugas Kultum dengan buku karya akhi, BSS.”
“Selamat malam, aku Dodo anak smp n 1, pak saya baru saja membeli buku karya Anda yang berjudul BSS, saya mau tanya rahasianya apa?”
“Saya salut dengan buku BSS. TERIMAKASIH ATAS BUKU YANG TELAH MEMBUAT SI SAKIT TEGAR DAN OPTIMIS. SELAMAT.” (Rahmat, Pekanbaru)
“Ustadz Fahrur, saya Uwitri siswa sma kelas 2. Saya cuma mau bilang buku BSS bagus sekali.”
“Akhi syukran jazilan ya, setelah anA baca buku BSS, alhamdulillah lebih semangat menjalani hidup. Ana berfikir kalau hati sudah sakit, kenapa raga ini harus sakit. Oh ya saya tunggu karya Antum berikutnya.” (Bahjah Marhyah, Cilegon).
“Setelah kubaca BSS, ternyata meskipun kecil tapi isinya bagus banget. Kusuka karena isinya dipadukan antara pengobatan secara alami dan disertai doa-doa. Jadi siapa yang mengamalkan sungguh berjalan kedua-duanya.” (Alfaqiroh A'in Al-Jamboni).
Demikianlah, hanya salah satu contoh, buku yang menggugah pembacanya. Alhamdulillah. Namun perlu kita ingat, buku yang menggerakkan, isinya tidak selamanya sesuai dengan pendapat pembaca. Bisa juga sebaliknya. Pembaca tidak setuju. Tapi dengan membacanya, dalam dirinya ada semacam kritik membangun terhadap pengetahuan lamanya. Dan wajar saja, jika komentar yang masuk pun terkesan masih membela pendapatnya.
Bagaimana cara menulisnya? Berdasarkan pengalaman saya ketika menulis buku BAHAGIA SAAT SAKIT, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, yaitu:
1. Tulislah dengan sepenuh hati
Posisikan diri Anda sebagai orang yang tulus menasihati saudara Anda yang lain. Anda tidak berhak menghukumi, memvonis, atau menyalahkan pembaca. Anda hanya seorang penasihat yang dengan ikhlas ingin mendengar, menemani, dan menyemangati calom pembaca buku Anda.
2. Tulislah seakan Anda berbicara langsung dengan pembaca.
Ketika Anda menulis, anggaplah Anda sedang berkomunikasi langsung dengan pembaca. Hilangkan sekat-sekat yang menghalangi Anda dekat dengan calon pembaca buku Anda. Mulailah dari hal-hal yang menyenangkan hatinya. Ikutlah sedih ketika tema yang ditulis memang sedih.
3. Dramatisasi tulisan Anda.
Mendramatisasi suatu keadaan terkadang dapat menyentuh hati calon pembaca. Sampaikanlah bahwa ada keadaan begini dan begini. Buatlah pikiran dan hati pembaca terbawa dalam alur tulisan Anda. Bukan berarti kita harus bergaya seperti ahli sastra atau juga bak penyair hebat. Kita cukup menggunakan ‘kunci’ yang pas untuk membuka pintu hati dan perasaannya.
4. Beri motivasi
Setiap orang membutuhkan motivasi. Oleh karena itu, berilah motivasi kepada calon pembaca buku Anda. Prinsip tarhib ‘menakut-nakuti’ dan targhib ‘memotivasi’ harus kita gunakan dengan seimbang. Karena jiwa manusia memang tidak bisa lepas dari keduanya. Terkadang perasaan takut menghantuinya sehingga ia kembali pada jalan yang lurus. Dan terkadang motivasi akan menyemangatinya untuk meraih pahala yang besar.
Inilah sedikit yang saya ingat ketika menulis buku Bahagia Saat Sakit. Semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi teman-teman yang ingin berdakwah lewat tulisan.
Wednesday, October 7, 2009
BAGAIMANA SAYA MENULIS BUKU BEST SELLER?
Berikut ini adalah beberapa pengalaman saya dalam menulis buku yang, alhamdulilah, masuk kategori best seller di Indonesia. Judulnya: Agar Shalat Tak Sia-Sia (ASTSS). Definisi best seller di sini ialah terjual lebih dari 1000 eksemplar per bulan selama 6 bulan berturut-turut. Dan sekali lagi alhamdulilah, buku yang saya maksud tersebut, sejak terbit pertama, yakni Agustus 2007 hingga Agustus 2009 ini, terjual di atas standar best seller.
Lalu, bagaimana proses kreatif saya ketika menulis? Ini yang dapat saya tuliskan.
1. Baca buku-buku bestseller
Ini pertama yang saya lakukan ketika menulis buku Agar Shalat Tak Sia-Sia (ASTSS). Teringat waktu itu saya membaca buku: misteri shalat subuh, ESQ, kado pernikahan, tazkiyatun nafs, kaya tanpa bekerja, dll. Intinya, baca dan pelajari isi, bahasa, dan cara penyampaiannya.
Apa yang anda simpulkan setelah memelajari buku best seller? Banyak kesamaan yang ada dalam buku best seller. Yang pasti, bahasanya gampang dipahami. Tulisannya melibatkan (menyentuh emosi) pembaca. Pembahasannya dalam dan aplikatif. Praktikkan semua yang positif ketika Anda menulis.
Ini langkah pertama yang, bisa saja, setiap penulis punya cara berbeda. Minimal kita akan memiliki gambaran dan contoh nyata buku yang best seller itu bagaimana.
2. Pilih tema yang belum ada
Buku tentang shalat tentu sudah banyak sekali. Maka, waktu itu saya buat riset kecil-kecilan tentang tema shalat yang belum digarap. Ternyata, pembahasan yang membuat shalat seseorang sia-sia, menurut saya, belum ada. Memang ada tantangan, yaitu soal sulitnya mencari referensi. Di situlah kita harus benar-benar menghadirkan hal yang baru. Termasuk berani merumuskan sesuatu yang masih tercecer di mana-mana.
Resep ini terbukti manjur. Sebut saja buku Misteri Shalat Shubuh dan Malam Pertama di Alam Kubur yang best seller sepanjang masa. Tema tersebut waktu itu memang baru. Tentu saja penulisannya memakan banyak waktu. Tapi tidak masalah. Waktu itu, saya menghabiskan waktu 6 bulan untuk menulis buku ASTSS. Tak mengapa, karena kekuatan isi merupakan harga mati dalam penerbitan.
3. Sampaikan isinya kepada orang lain
Begitu buku ASTSS terbit, saya langsung menyampaikan ke orang-orang di sekitar saya. Saya terlibat langsung dalam menyebarkannya. Saya berinisiatif untuk mengadak bedah buku di mana-mana. Bahkan waktu itu saya pernah mengisi bedah buku dengan beberapa orang saja pesertanya. Tapi tidak masalah, karena dari situ akan muncul efek getok tular. Dari lisan ke lisan.
Tidak hanya di situ. Karena isinya dihajatkan banyak orang, dan lintas usia, maka saya merintis bagaimana buku tersebut dijadikan kajian rutin di masjid-masjid yang ada. Selama hampir setahun, saya mendapatkan jadwal rutin mengisi taklim di beberapa masjid dengan materi buku ASTSS. Di sisi lain, penerbit tentu saja mengiklankannya di majalah atau media informasi lainnya.
4. Ikhlas, berdoa, dan tawakal
Inilah sebenarnya spirit yang harus kita bangun sebelum yang lain. Dasari semuanya lillah ‘karena Allah’. Selalu iringilah usaha kita dengan doa, baik sebelum maupun sesudahnya. Kemudian, bertawakallah. Serahkan semua hasil akhirnya kepada Allah.
Tugas kita berusaha, yaitu dengan memenuhi syarat-syarat sebuah kesuksesan. Setelah itu hasilnya ada di tangan Allah. Banyak buku best seller, yang katanya, lahir tanpa disengaja. Maksudnya tanpa diprediksi akan laris dan menghasilkan berbagai ‘bonus’ di belakangnya.
Ini sedikit yang dapat saya sharing di sini. Saya masih ingat ada puluhan kiat lain yang pernah saya baca agar sebuah buku best seller. Tapi itu belum saya buktikan. Dan yang sudah saya buktikan adalah 4 tips sederhana ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Friday, October 2, 2009
Alhamdulilah, Banyak yang Suka Shalat A-Z
Bagaimana komentar pembaca SHALAT A-Z yang lain:
Inilah komentar yang masuk ke HP saya pada Jumat,2/10/2009
"AQW SHALAT A-Z. Buku ini membuat saya lebih giat beribadah dan membuat teman saya terperangah untuk memperbaiki shalatnya, terima kasih kepada kedua ustadz yang telah menerbitkan buku ini. jazakumullah khairan katsira."
Siapa menyusul?
Tuesday, September 15, 2009
Hasil Puasa dan Idul Fitri
Thursday, September 10, 2009
RESPONS PEMBACA SHALAT A-Z
Barusan, pak Mardi dari Makasar menelpon. Ia, katanya, baru saja membaca buku shalat A-z. Jujur bahwa ia orang awam. Jadi baru sedikit-dikit belajar agama, khususnya shalat. Dia tanya dua hal. Pertama soal iktikaf, dan kedua soal posisi tangan setelah rukuk. Ketika haji dan umroh, katanya, di Masjidil Haram dia sengaja ingin dekat dengan posisi imam untuk melihat posisi tangannya. Ternyata, ketujuh imam yang ia lihat tangannya bersedekap setelah rukuk. Ini bagaimana?
Saya jelaskan, iktikaf tempatnya di masjid dan dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Kedua, itu masalah khilafiyah antar ulama. Selama masing-masing ada dalilnya, kita boleh mengikutinya.
Di akhir perbincangan, Pak Mardi mohon izin jika sewaktu-waktu ia ingin berkonsultasi tentang agama. Sebab, sekali lagi, katanya dia masih sangat awam. Saya pun dengan senang hati mempersilakan. Yang penting, kata saya, Bapak memiliki tekad untuk mencari dan menambah ilmu kemudian mengamalkannya.
Ya Allah, semoga bermanfaat apa yang saya tulis bagi saya dan semua.
Thursday, August 27, 2009
Monday, August 24, 2009
SEMOGA DIBACA 200 JUTA ORANG
Alhamdulilah, dalam tempo waktu antara Januari-Agustus 2009, buku AGAR SHALAT TAK SIA-SIA, dicetak ulang 8000 eksemplar. Alhamdulilah, dalam kondisi dunia perbukuan dalam masa perjuangan, buku ini bisa diteri dan dibaca para pembaca.
Doa dan harapan saya, semoga buku tersebut bisa dibaca oleh lebih dari 200 juta penduduk Indonesia. Syukur masyarakat dunia juga bisa membaca dan mengambil manfaatnya.
Doa dan harapan saya, semoga buku tersebut bisa dibaca oleh lebih dari 200 juta penduduk Indonesia. Syukur masyarakat dunia juga bisa membaca dan mengambil manfaatnya.
Friday, August 21, 2009
RAMADHAN: WAKTU TEPAT UNTUK MEMPERBAIKI SHALAT
Salah satu ibadah utama dalam bulan Ramadhan ialah shalat. Tepat sekali jika pada bulan ini kita kembali mendalami ilmu shalat kita. Banyak variasi doa shalat yang belum kita hafal. Banyak makna bacaan yang kita belum paham. Dan banyak keutamaan, hikmah, dan manfaat shalat yang belum kita tahu.
Di buku AGAR SHALAT TAK SIA-SIA, Anda dapat menjadikan shalat lebih bermakna. Mendirikannya dengan sempurna sekaligus menghindari perbuatan yang sia-sia. Banyak orang yang telah membacanya. Bulan ini sudah masuk cetakan ke-12/telah dicetak sekitar 23.000 eksemplar.
Di Buku RAJIN SHALAT, BADAN SEHAT, Anda bisa mengetahui manfaat shalat dari berbagai segi. Semakin dalam Anda berilmu, semakin terang jalan yang Anda lalui.
Di buku BERUBAT DENGAN SOLAT, Anda akan tahu bahwa di dalam solat ada obat. Buku ini terbitnya di Malaysia, sehingga tidak mudah Anda mendapatkannya di Indonesia. Tapi bisa saja Anda membelinya lewat internet.
Di buku panduan SHALAT A-Z, Anda akan menemukan teknis shalat. Lengkap. Tiap langkah disampaikan 10 HAL:
1. AKTIVITAS
2. KAPAN
3. TATA CARA
4. DALIL
5. KESALAHAN YANG SERING TERJADI
6. TIPS
7. FOTO LANGKAH DEMI LANGKAH
8. TANYA JAWAB
9. PERBEDAAN ANTARA IMAM, MAKMUM, SENDIRIAN
10. PERBEDAAN GERAKAN ANTARA LAKI-LAKI DAN WANITA
INILAH SEBAGIAN KOMENTAR PEMBACA: Sering terjadi perdebatan yang sangat mengganggu pikiran, meskipun kita sudah sering membaca referensi tentang shalat. Terkadang kurang sempurna bacaan, gerakannya, jadi berasa tidak khuysuk. Telah terjawab tuntas, keraguan itu! Dengan membaca buku SHALAT A-Z Full Colour, saya telah menemukan OASE ilmu yang jernih menyegarkan, dan temuan ilmu itu layak disebarkan bagi orang yang rindu akan jannah.(ummu abdillah, Magetan, Jatim).
SEMOGA KARYA-KARYA saya BERBARAKAH.
KARENA Barakah adalah menetapnya karunia ilahi pada sesuatu. Apabila keberkahan itu berada pada suatu yang sedikit maka ia akan menjadikannya banyak dan apabila berada pada suatu yang banyak maka ia akan menjadikannya bermanfaat. Adapun di antara buah keberkahan dalam segala perkara adalah memanfaatkannya dalam ketaatan kepada Allah. Ya Allah, jadikanlah karya-karya kami DAN APA YANG KAMI MILIKI BERBARAKAH.
Thursday, August 20, 2009
BUKU PANDUAN SHALAT YANG SANGAT ISTIMEWA
Beberapa hari lalu, ada SMS dari pembaca buku saya, SHALAT A-Z. Demikian tulisnya:
"Sering terjadi perdebatan yang sangat mengganggu pikiran, meskipun kita sudah sering membaca referensi tentang shalat. Terkadang kurang sempurna bacaan, gerakannya, jadi berasa tidak khusyuk. Telah terjawab tuntas, keraguan itu! Dengan membaca buku SHALAT A-Z Full Colour, saya telah menemukan OASE ilmu yang jernih menyegarkan, dan temuan ilmu itu layak disebarkan bagi orang yang rindu akan jannah."(Ummu Abdullah, Magetan, Jatim)
Mudah-mudahan pembaca yang lain, segera menyusul merasakan manfaatnya.
"Sering terjadi perdebatan yang sangat mengganggu pikiran, meskipun kita sudah sering membaca referensi tentang shalat. Terkadang kurang sempurna bacaan, gerakannya, jadi berasa tidak khusyuk. Telah terjawab tuntas, keraguan itu! Dengan membaca buku SHALAT A-Z Full Colour, saya telah menemukan OASE ilmu yang jernih menyegarkan, dan temuan ilmu itu layak disebarkan bagi orang yang rindu akan jannah."(Ummu Abdullah, Magetan, Jatim)
Mudah-mudahan pembaca yang lain, segera menyusul merasakan manfaatnya.
Tuesday, August 18, 2009
PENULIS BUKU SHALAT
Sejak kapan brand penulis buku shalat melekat pada saya? Entahlah. Saya sendiri tak ambil pikir. Masih malu dengan para ulama yang menguasai berbagai bidang ilmu. Namun boleh-boleh saja menyebut begitu. Sebab, hingga sekarang, alhamdulilah, saya tercatat telah menulis 4 buku tentang shalat.
1. AGAR SHALAT TAK SIA-SIA
2. RAJIN SHALAT, BADAN SEHAT
3. BERUBAT DENGAN SOLAT
4. SHALAT A-Z
Thursday, August 6, 2009
BUKU PANDUAN SHALAT A-Z yang MANTEP TO!
Kamis, 6 Agustus 2009. Tercatat buku kesembilanku, SHALAT A-Z, selesai cetak. Selain isi dan kemasan yang berbeda dengan buku lain, ada keistimewaan lain. Apa itu? Setelah saya timbang, ternyata berat buku dengan tebal 244 hal itu beratnya 400 gram. Padahal, buku yang lain, normalnya antara 200-300 gram. Mantep to. Inilah kesan pertama bagi siapa saja yang berkesempatan memegangnya.
Mengapa? Ternyata buku tersebut dicetak dengan kertas fullcolor sehingga maklum jika lebih berat.
Bagaimana dengan isinya: apa berat juga? Justru sebaliknya. Meski kertasnya berat, tapi isinya dibuat seringan mungkin (namun tetap mendalam, terbukti ada lebih dari 70 buku yang menjadi bahan referensinya). Mudah dibaca, dipahami, dan diamalkan. Orang Indonesiakan sukanya yang ringan-ringan. Di sinilah dua hal berusaha saya gabungkan: mendalam, namun disampaikan dengan ringan.
Wednesday, July 29, 2009
SIAPA YANG LAYAK MENERBITKAN KARYA ANDA?
Jalan-jalan ke rumah penulis terkenal, saya dapat oleh-oleh yang dapat disharing di sini. Beliau sudah cukup lama malang melintang di dunia tulis-menulis. Mulai dari bukan siapa-siapa hingga menjadi semua orang kenal saya.
Pengalaman puluhan tahun berinteraksi dengan berbagai penerbit, memberinya pelajaran yang sangat berharga. Ternyata tak sedikit penerbit yang mengecewakan. Maka benar pesan yang mengatakan: engkau tidak mengenal seseorang hingga engkau pernah tinggal, bepergian, dan bermualah dengannya. Inilah beberapa pesan yang sempat saya tangkap.
1.PENERBIT ISLAM
Ini adalah identitas sekaligus penjamin bahwa ilmu harus diamalkan. Penerbit yang keislamannya kurang baik, tidak masuk prioritas. Betapa penulis akan menangis setiap hari jika ternyata penerbit tidak menghayati dan mengamalkan isi buku yang diterbitkan. Saya sempat miris melihat penerbit yang menerbitkan buku tentang keutamaan shalat berjamaah, tapi orang-orang yang ada dalam penerbitan tersebut jarang melakukannya. Bahkan, penulis pun begitu. Ia mempunyai beban moral dengan apa yang ditulisnya. Mengapa? Karena jelas pesan ilahi: kelak orang yang menyuruh kebaikan tapi dia tidak melaksanakan, dan melarang kemungkaran tapi dia sendiri melaksanakan, akan berputar-putar seperti keledai memutar gilingan di dalam neraka. Na’udzubillahi min dzalik.
2.MENYEJAHTERAKAN KARYAWAN
Sebenarnya, pasang surutnya sebuah penerbit terkait erat dengan kerja karyawannya. Sayang sekali, acap kali penerbit merasa karyawanlah yang membutuhkan penerbit. Jarang sekali ada penerbit yang dengan tulus menyatakan bahwa ia-lah sebenarnya yang membutuhkan karyawan. Asumsi bahwa karyawan adalah pihak yang dibutuhkan, hampir tidak ada—untuk tidak mengatakan tidak ada sama sekali. Lebih gila lagi, banyak pemilik modal menganggap bahwa karyawan bekerja untuk dirinya. Seluruh jam kerjanya sudah dibeli. Mulai jam 8 pagi hingga 4 sore, kecuali waktu istirahat, harus digunakan untuk kepentingan perusahaan. Seakan ukuran bekerja hanyalah waktu. Memang ini sah-sah saja, sesuai dengan akad yang disepakati. Namun ironinya, giliran mendapatkan keuntungan, banyak penerbit yang lupa karyawan. Ajaran itsar (mengutamakan orang lain) seakan tak boleh masuk dalam perusahaan.
Memang ukuran kesejahteraan bisa berbeda-beda. Dan tentunya, menyesuaikan kemampuan penerbit. Mudah-mudahan tidak ada karyawan yang bekerja sambil pusing, bahkan menangis dalam hati, memikirkan kebutuhan pokok keluarganya yang belum terpenuhi.
3.DAPAT DIPERCAYA
Mudah-mudahan penerbit yang telah memikirkan kesejahteraan karyawannya adalah penerbit yang bisa dipercaya. Baik oleh pembaca, distributor, penulis, penerjemah, maupun siapa saja yang berhubungan dengan penerbit. Bukan rahasia lagi jika ada penerbit yang suka ingkar janji. Bahkan, tak jarang ada penulis yang harus ‘berjuang dulu’ untuk mendapatkan hak laporan royalti. Diingatkan berkali-kali tak ditanggapi. Maka, bagaimana jika tak diingatkan?
Professional dan amanah. Itulah yang diharapkan. Meski, misalnya, ada kendala financial, penerbit masih bisa membuat surat permohonan permakluman kepada penulis. Yang penting, ada laporan yang jelas: berapa buku yang laku terjual, kapan akan dibayarkan, dan berapa yang masih tersisa.
4.MAMPU MENGEMAS DENGAN BAIK
Karya yang baik adalah karya yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh: mencurahkan segala kemampuan. Otak kanan dan otak kiri dioptimalkan. Karena, tak jarang masyarakat alergi dan menolak suatu produk hanya dengan satu alasan: kemasan tidak menarik. Belum tentu masyarakat menolak isi buku. Boleh jadi mereka sedang mencari-cari. Namun, karena tak yakin dengan judul, cover, sinopsis, dan bahkan penulisnya, konsumen ragu-ragu untuk membeli.
Inilah sedikit yang saya ingat dari silaturahmi saya kepada salah satu penulis bestseller. Mudah-mudahan ini memberi masukan kepada semua pihak yang terlibat dalam penerbitan buku. Memang, ada saatnya kapan penulis harus berjuang dan kapan menyeleksi penerbit mana yang layak menerbitkan karyanya. Tidak selalu merasa dibutuhkan, tapi ada saatnya merasa dibutuhkan. Terima kasih Saudara M. Fauzil Adhim.
Monday, July 20, 2009
Alhamdulilah, bukuku terbit di luar negeri
Alhamdulilah, setelah lama menunggu, akhirnya bukuku terbit juga di malaysia. Keikhlasan, keinginan yang kuat, dan kesabaran adalah kuncinya. Ke depan, semoga tulisan saya bisa menginternasional. Bisa dinikmati dan bermanfaat untuk dunia. Amin.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu.” (Surah al-Baqarah : ayat 153).
“Berdiri dan solatlah kerana di dalam solat ada ubat.” (Hadis Imam Ahmad)
Fakta ilmiah ini menjadi titik persoalan kajian kepada buku ini. Adakah benar solat terbukti sebagai terapi menurut kajian zaman ini? Adakah benar solat boleh menjadi ubat kepada penyakit? Bagaimana terapi solat dilihat daripada kaca mata ahli perubatan?
Kesihatan yang baik sama ada jasmani ataupun rohani adalah impian setiap individu. Ramai yang rela mengorbankan harta dan wang ringgit semata-mata bagi mendapatkan kesihatan yang baik. Kesihatan dapat diperoleh daripada aktiviti bersenam, mengamalkan gizi seimbang dan mengikuti nasihat doktor. Namun, sedarkah kita, solat juga dapat menjadi ubat bagi penyakit fizikal dan mental.
Buku ini memaparkan pelbagai manfaat solat terutamanya daripada aspek kesihatan jasmani mahupun rohani. Kelebihan solat sebagai penawar bermula dari wuduk hingga salam. Di dalamnya terkandung 1001 rahsia terapi pelbagai penyakit jasmani mahupun rohani.
Pendahuluan
Tuesday, July 14, 2009
buku tak laku-laku
heran. tahun 2008 hingga pertengahan 2009 ini banyak pegiat buku yang merasa harus berjuang lebih keras. pasalnya, pada tahun-tahun sebelumnya, hampir semua buku laku. entah karena waktu itu pemainnya kurang entah keadaan perekonomian masih longgar. berbeda dengan sekarang, yang banyak penerbit dan agen mengeluhkan sulitnya menjual buku, khususnya buku baru. meskipun penggarapan sudah maksimal, tapi respons pasar masih biasa.
tentu saja, ini banyak berimbas ke bagian lain. penerbit, bisa saja, cashflownya tidak lancar. agen, mungkin juga, tidak mampu membayar beban tagihan yang semakin menggunung, selain tempatnya tidak muat (emang sebagian agen ada yang jadi gudang kedua penerbit...). solusi logis, ya diretur saja ke penerbit sehingga memunculkan istilah baru di dunia perbukuan: BEST RETUR (kalo yang ini penerbit bakalan pusiing tujuh keliling dibuatnya).
bagi penulis, editor, dan tim kreatif sebuah penerbit, jelas ini tantangan. bagaimana bisa mendahului di tikungan (itu sih maunya, kayak valentino rossi ya). cari solusi secepatnya. tidak hanya bertahan hidup, tapi bagaimana membuat terobosan baru.
namun satu, yang menurut saya, perlu saya tanyakan. sudahkah para penerbit menggarap pembaca baru ataupun lama? adakah ukuran yang jelas tentang tahapan ilmu/dosis (penerbit ibarat dokter loo...) yang harus diberikan ke pembaca. atau, mungkinkah selama ini, penerbit mengansumsikan bahwa kebutuhan pembaca sama dengan penerbit?
pasti ada jalan keluar. apa itu? (masing-masing penerbit memiliki cara yang berbeda-beda). ada yang mengurangi karyawannya (kalau yang ini gawat deh...bisa bikin sakit hati dan bisa jadi pelajaran yang akan diingat sehidup semati....atau malah bisa jadi awal kesuksesan ya...). ada yang gulung tikar (kalau yang ini lebih gampang deh, tapi kalau mau gelar tikar lagi ya .....), ada yang super hemat, baik di anggaran maupun yang lain, dan lain-lain.
tapi ingat ya, jangan bilang buku yang gak laku-laku itu 'jelek' semuanya. belum tentu. tema mungkin bagus, judul juga bagus, kaver juga demikian. iklan sudah maksimal. komunikasi pun optimal. terus? ya kalau semua syarat sudah dipenuhi, kata hati kecil saya, ya karena 'BELUM ADA PETUNJUK TUHAN' (he...he....bukan berapologi ya....tapi berdasarkan pakta...eee..bukan ...tapi fakta di lapangan). atau juga, perlu ada usaha spiritual untuk membuka pintu-pintu langit.
allahumma la sahla illa ma ja'altahu sahla wa anta taj'alul hazna idza syi'ta sahla.
Fahrur Mu'is
Penulis dan praktisi perbukuan
tentu saja, ini banyak berimbas ke bagian lain. penerbit, bisa saja, cashflownya tidak lancar. agen, mungkin juga, tidak mampu membayar beban tagihan yang semakin menggunung, selain tempatnya tidak muat (emang sebagian agen ada yang jadi gudang kedua penerbit...). solusi logis, ya diretur saja ke penerbit sehingga memunculkan istilah baru di dunia perbukuan: BEST RETUR (kalo yang ini penerbit bakalan pusiing tujuh keliling dibuatnya).
bagi penulis, editor, dan tim kreatif sebuah penerbit, jelas ini tantangan. bagaimana bisa mendahului di tikungan (itu sih maunya, kayak valentino rossi ya). cari solusi secepatnya. tidak hanya bertahan hidup, tapi bagaimana membuat terobosan baru.
namun satu, yang menurut saya, perlu saya tanyakan. sudahkah para penerbit menggarap pembaca baru ataupun lama? adakah ukuran yang jelas tentang tahapan ilmu/dosis (penerbit ibarat dokter loo...) yang harus diberikan ke pembaca. atau, mungkinkah selama ini, penerbit mengansumsikan bahwa kebutuhan pembaca sama dengan penerbit?
pasti ada jalan keluar. apa itu? (masing-masing penerbit memiliki cara yang berbeda-beda). ada yang mengurangi karyawannya (kalau yang ini gawat deh...bisa bikin sakit hati dan bisa jadi pelajaran yang akan diingat sehidup semati....atau malah bisa jadi awal kesuksesan ya...). ada yang gulung tikar (kalau yang ini lebih gampang deh, tapi kalau mau gelar tikar lagi ya .....), ada yang super hemat, baik di anggaran maupun yang lain, dan lain-lain.
tapi ingat ya, jangan bilang buku yang gak laku-laku itu 'jelek' semuanya. belum tentu. tema mungkin bagus, judul juga bagus, kaver juga demikian. iklan sudah maksimal. komunikasi pun optimal. terus? ya kalau semua syarat sudah dipenuhi, kata hati kecil saya, ya karena 'BELUM ADA PETUNJUK TUHAN' (he...he....bukan berapologi ya....tapi berdasarkan pakta...eee..bukan ...tapi fakta di lapangan). atau juga, perlu ada usaha spiritual untuk membuka pintu-pintu langit.
allahumma la sahla illa ma ja'altahu sahla wa anta taj'alul hazna idza syi'ta sahla.
Fahrur Mu'is
Penulis dan praktisi perbukuan
Tuesday, June 16, 2009
SHALAT A-Z
BUKU KETUJUHKU, INSYA ALLAH SEGERA HADIR BULAN JULI 2009.
Lahirnya buku ini bermula dari letupan ide dalam sebuah rapat kreatif yang cukup panjang dan menantang. Idenya bisa dikata biasa, namun tantangannya yang luar biasa. Gagasan membuat buku panduan shalat tentu tidak asing lagi, tapi membuat buku yang berbeda sama sekali, jelas perlu dipikir puluhan kali.
Cita-cita tersebut semakin menguat dengan diketoknya keputusan untuk menerbitkan buku panduan shalat—sebagai acuan dalam belajar dan mengajarkannya—yang sahih, mudah, lengkap, praktis, dan ful ilustrasi.
Nah pembaca, sebagai realisasi lintasan pikiran di atas, pada setiap langkah dalam buku ini, mulai dari A sampai Z, dijelaskan tentang apa, kapan, tata cara, dalil sahih, kesalahan umum dalam shalat, tips, tanya-jawab, perbedaan imam, makmum, dan orang yang shalat sendirian serta perbedaan antara pria dan wanita.
Tidak tanggung-tanggung, buku ini dicetak fullcolour dengan ilustrasi gambar pada setiap langkahnya, mulai tayamum, wudhu, mengusap khuf, shalat, posisi shalat jenazah, dan lain-lain.
Semoga seluruh kaum muslimin dapat mengambil manfaat darinya dan menjadi amal jariyah bagi penulisnya.
Friday, May 29, 2009
Buku keenamku
Alhamdulillah, buku keenamku sudah terbit. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Hadits Arbain. Rasanya nama ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Empat puluh dua hadits yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi tersebut, pada awalnya adalah 26 hadits yang didiktekan Ibnu Shalah dalam majelisnya. Isinya ialah hadits-hadits Nabi yang ucapannya sangat ringkas, tapi maknanya luas. Selanjutnya, Imam Nawawi memberi judul kumpulan hadits tersebut dengan Al-Arbain, yang kemudian menjadi popular karena banyak dihafal orang dan kandungannya banyak memberi manfaat.
Dalam perkembangan selanjutnya, Hadist Arbain mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari para ulama. Setidaknya hal itu dilakukan dengan dua hal, yaitu memberikan syarah ‘penjabaran’ dan menghafalnya.
Mengapa Hadits Arbain menjadi istimewa sepanjang masa? Minimal hal itu disebabkan oleh tiga hal. Pertama, setiap hadits yang ada di dalamnya merupakan fondasi agung dalam agama Islam yang dinyatakan oleh para ulama sebagai poros Islam, setengah agama, atau sepertiganya. Kedua, semuanya adalah hadits sahih yang sebagian besar terdapat dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Dan ketiga, setiap hadits dibuatkan bab tersendiri sehingga lebih memperjelas makna hadits yang masih samar.
Nah, dalam buku ini kami berusaha menuliskan penjabaran (syarah) sederhana terhadap Hadits Arbain ini. Saya usahakan untuk mengemasnya secara singkat dan padat, namun tetap mengalir, enak dibaca dan tidak meninggalkan inti pelajaran yang harus disampaikan.
Saturday, March 21, 2009
SIAPA BILANG BUKU BAGUS TAK BISA MENAKLUKKAN PASAR
Beberapa penerbit terkadang terperosok pada target penjualan sehingga menerbitkan buku asal-asalan. Per bulan terkadang dipatok 4 sampai 8 buku. Strategi tersebut masih perlu diukur. Banyak judul belum tentu dibarengi dengan banyak uang cash yang masuk. Bukan pula berarti agen tidak akan mereturn buku.
Sudah banyak penerbit yang mempraktikkan hal ini. Sudah cukup biaya yang digunakan untuk membayar pengalaman ini. Maka, solusi yang sudah terbukti adalah hanya menerbitkan buku terbaik, meski tak banyak. Tiga buku yang bagus dan laris, lebih baik daripada 6 buku yang tak jelas pasarnya.
Penerbit selama ini hanya melempar bola. Sangat jarang penerbit yang benar-benar tahu ke mana bola tersebut terlempar dan siapa yang menerimanya. Hanya menunggu respons yang tidak pasti bukanlah pola yang baik.
Maka tak heran jika rumus pasar mengikuti kualitas buku perlu dijadikan acuan. Jika buku bagus—segala-galanya—maka pasar juga akan bagus. Buku tersebut akan mudah terserap dan dicari oleh pembaca.
Tentu saja ‘semua yang serba bagus’ ini harus ditopang oleh semua bagian dalam penerbitan. Naskah yang akan diterbitkan harus disaring dengan ketat. Jika tidak layak, jangan dipaksakan. Bukan harus dibuang, tapi bisa saja dipending atau menunggu moment yang tepat. Pun demikian, bagian redaksi harus mati-matian mengolah dan mengemas naskah yang sudah dinilai layak diterbitkan. Tidak ada toleransi terhadap kesalahan. Penampilan jangan sampai membuat pambaca bosan. Demikian pula dengan bagian pemasaran, tugasnya tak kalah berat karena merupakan ujung tombak penerbit dalam penjualan.
Mengorbankan sedikit waktu demi hasil yang maksimal dan optimal bisa ditoleransi. Karena sudah maklum bahwa pembiayaan di depan itu lebih ringan daripada pembiayaan di belakang.
Sudah banyak penerbit yang mempraktikkan hal ini. Sudah cukup biaya yang digunakan untuk membayar pengalaman ini. Maka, solusi yang sudah terbukti adalah hanya menerbitkan buku terbaik, meski tak banyak. Tiga buku yang bagus dan laris, lebih baik daripada 6 buku yang tak jelas pasarnya.
Penerbit selama ini hanya melempar bola. Sangat jarang penerbit yang benar-benar tahu ke mana bola tersebut terlempar dan siapa yang menerimanya. Hanya menunggu respons yang tidak pasti bukanlah pola yang baik.
Maka tak heran jika rumus pasar mengikuti kualitas buku perlu dijadikan acuan. Jika buku bagus—segala-galanya—maka pasar juga akan bagus. Buku tersebut akan mudah terserap dan dicari oleh pembaca.
Tentu saja ‘semua yang serba bagus’ ini harus ditopang oleh semua bagian dalam penerbitan. Naskah yang akan diterbitkan harus disaring dengan ketat. Jika tidak layak, jangan dipaksakan. Bukan harus dibuang, tapi bisa saja dipending atau menunggu moment yang tepat. Pun demikian, bagian redaksi harus mati-matian mengolah dan mengemas naskah yang sudah dinilai layak diterbitkan. Tidak ada toleransi terhadap kesalahan. Penampilan jangan sampai membuat pambaca bosan. Demikian pula dengan bagian pemasaran, tugasnya tak kalah berat karena merupakan ujung tombak penerbit dalam penjualan.
Mengorbankan sedikit waktu demi hasil yang maksimal dan optimal bisa ditoleransi. Karena sudah maklum bahwa pembiayaan di depan itu lebih ringan daripada pembiayaan di belakang.
Friday, February 13, 2009
BUKU MAHAL BELUM TENTU BAGUS
Rabu, 4 Februari silam saya ke pameran buku di gedung Wisata Niaga Solo. Begitu masuk, banyak buku baru saya temukan. Buku lama pun tak kurang banyak bercokolan. Semua stan menawarkan discon yang bervariasi. Buku baru dan laris diskonnya berkisar antara 20 sampai 30 persen. Buku yang biasa saja penjualannya, diskonnya antara 40 sampai 70 persen. Buku obral juga banyak di sana. Harganya tidak lagi mengacu pada besaran diskon, tetapi lebih pada ‘penciuman’ penjualnya. Tentu saja, stan tersebut selalu ramai dikerumuni pengunjung. Entah beli entah tidak.
Setelah berkeliling ke sana kemari, akhirnya saya membeli sebuah buku tentang pemikiran keagaman yang sangat tebal: 338 halaman. Terbit tahun 2007. Tahukah Anda berapa harganya? Iya, harganya sangat murah sekali: 5 ribu rupiah. Ini tentu menguntungkan saya. Karena biasanya jika saya sudah tertarik pada buku tertentu yang saya butuhkan, saya tak pernah memperhatikan harga lagi. Di situlah dua kepentingan saya bertemu: mendapatkan buku yang saya butuhkan dan harganya murah.
Memang sebelumnya saya sempat berasumsi bahwa buku murah berarti kualitas parah. Diskon besar-besaran, dalam pikiran saya dulu, menandakan penerbitnya akan segera gulung tikar. Atau, minimal akan menurunkan brand penerbit bersangkutan.
Namun, setelah saya renungkan, asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Saya sempat membeli buku yang mahal, tapi isinya mengecewakan. Dari sisi pengemasan dan penyampaian memang oke, tapi dari kedalaman pembahasan tidak terpenuhi. Tidak ada yang baru. Kesan kuatnya hanya mengulangi pembahasan yang ada.
Tahun 2008 yang lalu, dengan berbagai krisis yang ada, memberi saya pelajaran bahwa berilmu tidak harus mahal. Benar. Niat untuk memudahkan orang memahami agama tak mesti dinilai dengan materi yang akan didapatkan. Yang harus kita catat bersama, kualitas buku tak boleh ditawar, karena ia adalah tiket masuk ke arena persaingan. Lalu, apa cara untuk memenangkan persaingan? Kalau belum berubah, mungkin, jawabannya adalah pengemasan.
Setelah berkeliling ke sana kemari, akhirnya saya membeli sebuah buku tentang pemikiran keagaman yang sangat tebal: 338 halaman. Terbit tahun 2007. Tahukah Anda berapa harganya? Iya, harganya sangat murah sekali: 5 ribu rupiah. Ini tentu menguntungkan saya. Karena biasanya jika saya sudah tertarik pada buku tertentu yang saya butuhkan, saya tak pernah memperhatikan harga lagi. Di situlah dua kepentingan saya bertemu: mendapatkan buku yang saya butuhkan dan harganya murah.
Memang sebelumnya saya sempat berasumsi bahwa buku murah berarti kualitas parah. Diskon besar-besaran, dalam pikiran saya dulu, menandakan penerbitnya akan segera gulung tikar. Atau, minimal akan menurunkan brand penerbit bersangkutan.
Namun, setelah saya renungkan, asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Saya sempat membeli buku yang mahal, tapi isinya mengecewakan. Dari sisi pengemasan dan penyampaian memang oke, tapi dari kedalaman pembahasan tidak terpenuhi. Tidak ada yang baru. Kesan kuatnya hanya mengulangi pembahasan yang ada.
Tahun 2008 yang lalu, dengan berbagai krisis yang ada, memberi saya pelajaran bahwa berilmu tidak harus mahal. Benar. Niat untuk memudahkan orang memahami agama tak mesti dinilai dengan materi yang akan didapatkan. Yang harus kita catat bersama, kualitas buku tak boleh ditawar, karena ia adalah tiket masuk ke arena persaingan. Lalu, apa cara untuk memenangkan persaingan? Kalau belum berubah, mungkin, jawabannya adalah pengemasan.
Wednesday, January 21, 2009
BUKU YANG BERMANFAAT
Oleh: Fahrur Mu’is
Penulis Rajin Shalat Badan Sehat
Diawali sebuah pertanyaan mengapa banyak muslim malas mendirikan shalat, saya menulis buku Rajin Shalat Badan Sehat. Dalam asumsi awal saya, ada beberapa hal yang melatarbelakanginya. Di antaranya ialah karena banyak umat Islam yang tak tahu manfaat shalat. Padahal, dalil syar’i ataupun ilmu pengetahuan sama-sama menunjukkan jutaan manfaat yang terkandung dalam ibadah tersebut.
Inilah yang menurut saya perlu dijembatani. Kita tidak boleh tutup mata terhadap fakta ini. Mengapa? Pendalaman terhadap ilmu ini dapat meningkatkan ketaatan kita kepada Allah. Itu karena ilmu agama akan memudahkan pemiliknya menapaki jalan yang diridhai-Nya. Tegasnya, memudahkan jalan ke surga.
Tentu saja, saat menulis, saya berharap tulisan yang jadi nanti dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca. Lalu, apa indikasinya? Setidaknya, setelah empat bulan buku saya didistribusikan, ada beberapa komentar yang masuk ke HP saya. Inilah di antaranya:
“Assalamualaikum! Selamat pagi! Nama saya Fandy, baru saja saya membaca buku Anda yang judulnya RAJIN SHALAT, BADAN SEHAT. Saya sangat senang bisa membacanya karena dari buku ini saya bisa mengetahui manfaat shalat.” 085242833xxx
“Buku RSBS cukup bagus....” (SMS dari Saudara Ilham di Masohi Maluku Tengah)
“Assalamualaikum, salam ukhuwah. Saya Hamdani al-maidany dari Semarang. Alhamdulillah saya membeli buku yang Anda tulis: RAJIN SHALAT BADAN SEHAT. Subhanallah bagus. Saya mendapatkan manfaat yang banyak dari ilmu yang Anda sampaikan melalui buku tersebut.” (02491100xxx)
Penulis Rajin Shalat Badan Sehat
Diawali sebuah pertanyaan mengapa banyak muslim malas mendirikan shalat, saya menulis buku Rajin Shalat Badan Sehat. Dalam asumsi awal saya, ada beberapa hal yang melatarbelakanginya. Di antaranya ialah karena banyak umat Islam yang tak tahu manfaat shalat. Padahal, dalil syar’i ataupun ilmu pengetahuan sama-sama menunjukkan jutaan manfaat yang terkandung dalam ibadah tersebut.
Inilah yang menurut saya perlu dijembatani. Kita tidak boleh tutup mata terhadap fakta ini. Mengapa? Pendalaman terhadap ilmu ini dapat meningkatkan ketaatan kita kepada Allah. Itu karena ilmu agama akan memudahkan pemiliknya menapaki jalan yang diridhai-Nya. Tegasnya, memudahkan jalan ke surga.
Tentu saja, saat menulis, saya berharap tulisan yang jadi nanti dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca. Lalu, apa indikasinya? Setidaknya, setelah empat bulan buku saya didistribusikan, ada beberapa komentar yang masuk ke HP saya. Inilah di antaranya:
“Assalamualaikum! Selamat pagi! Nama saya Fandy, baru saja saya membaca buku Anda yang judulnya RAJIN SHALAT, BADAN SEHAT. Saya sangat senang bisa membacanya karena dari buku ini saya bisa mengetahui manfaat shalat.” 085242833xxx
“Buku RSBS cukup bagus....” (SMS dari Saudara Ilham di Masohi Maluku Tengah)
“Assalamualaikum, salam ukhuwah. Saya Hamdani al-maidany dari Semarang. Alhamdulillah saya membeli buku yang Anda tulis: RAJIN SHALAT BADAN SEHAT. Subhanallah bagus. Saya mendapatkan manfaat yang banyak dari ilmu yang Anda sampaikan melalui buku tersebut.” (02491100xxx)
Itulah sedikit komentar dari pembaca yang sekaligus saya anggap sebagai standar bahwa buku saya telah mengandung manfaat. Maka, tak salah jika saya katakan bahwa buku yang paling baik adalah buku yang paling banyak manfaatnya bagi manusia. Ini sebagaimana kata Nabi dalam hadis Bukhari dan Muslim bahwa sebaik-baik manusia di antara kalian adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.
Semoga kita menjadi orang yang dapat mengambil manfaat dari buku yang kita baca.
Tuesday, January 20, 2009
ALHAMDULILLAH BANYAK MANFAAT
Inilah komentar dari pembaca yang telah mewujudkan harapan saya, yaitu menulis buku yang banyak manfaat. Di blog saya, pas di bawah kaver buku RSBS, sekitar 4 bulan yang lalu saya tulis: semoga banyak manfaat. Dan inilah salah satu buktinya:
Assalamualaikum, salam ukhuwah. Saya Hamdani al-maidany dari Semarang. Alhamdulillah saya membeli buku yang Anda tulis: RAJIN SHALAT BADAN SEHAT. Subhanallah bagus.
Saya mendapatkan manfaat yang banyak dari ilmu yang Anda sampaikan melalui buku tersebut. (02491100xxx)
Semoga manfaat ini dapat ditemukan juga oleh kaum muslimin yang lain, sehingga manfaat lebih bisa dirasakan oleh banyak orang.
Friday, January 9, 2009
Satu Buku Diterbitkan Ramai-Ramai
Ketika berkunjung ke beberapa toko buku, saya mendapatkan satu fenomena yang mengganjal hati. Yakni adanya sebuah naskah yang diterbitkan ramai-ramai oleh banyak penerbit. Naskahnya sama. Itu bisa dicek dengan melihat nama penulis dan judul asli Arabnya di identitas buku.
Sebagai konsumen saya bingung dan kecewa. Pertama, hal seperti ini rentan mengecewakan. Karena kalau tidak diteliti, bisa jadi kita membeli dua buku yang sebenarnya isinya sama. Kedua, kalaupun kita tahu, tentu hal itu akan membingungkan kita saat memilih. Dan tentu saja, jika kita kritis, kita akan menanyakan kredibilitas penerbitnya. Termasuk siapa penerjemah dan editornya.
Sebut saja buku Panduan Shalat Lengkap Empat Madzhab tulisan Abdul Qadir Ar-Rahbawi dan Kenapa Harus Shalat karya Muhammad Al-Mukaddam. Saya mendapatkan buku tersebut minimal sudah dicetak oleh tiga penerbit. Anehnya lagi, dari segi isi dan penampilan tidak ada perbedaan yang mencolok.
Sebagai seorang pegiat buku saya memahami fenomena ini. Pertama, bisa jadi naskah tersebut dinilai bagus oleh para penerbit. Tak peduli sudah diterbitkan orang lain atau belum. Kedua, sebenarnya penerbit ingin mencari naskah yang berbeda, tapi kesulitan mendapatkannya. Dan asumsi-asumsi lainnya.
Sebagai konsumen saya bingung dan kecewa. Pertama, hal seperti ini rentan mengecewakan. Karena kalau tidak diteliti, bisa jadi kita membeli dua buku yang sebenarnya isinya sama. Kedua, kalaupun kita tahu, tentu hal itu akan membingungkan kita saat memilih. Dan tentu saja, jika kita kritis, kita akan menanyakan kredibilitas penerbitnya. Termasuk siapa penerjemah dan editornya.
Sebut saja buku Panduan Shalat Lengkap Empat Madzhab tulisan Abdul Qadir Ar-Rahbawi dan Kenapa Harus Shalat karya Muhammad Al-Mukaddam. Saya mendapatkan buku tersebut minimal sudah dicetak oleh tiga penerbit. Anehnya lagi, dari segi isi dan penampilan tidak ada perbedaan yang mencolok.
Sebagai seorang pegiat buku saya memahami fenomena ini. Pertama, bisa jadi naskah tersebut dinilai bagus oleh para penerbit. Tak peduli sudah diterbitkan orang lain atau belum. Kedua, sebenarnya penerbit ingin mencari naskah yang berbeda, tapi kesulitan mendapatkannya. Dan asumsi-asumsi lainnya.
Lalu, apa yang mengganjal hati? Menurut saya, penerbitan satu buku ramai-ramai bisa menjadikan ilmu tak berkembang. Itu-itu saja pembahasannya. Padahal, ide dan tema baru takkan pernah habis. Yang paling parah ialah jika itu dilakukan semata-mata untuk mengejar target penjualan dan merasa nyaman menjadi pengekor. Maka, prinsip menerbitkan buku yang benar-benar dibutuhkan masyarakat dan temanya belum banyak disentuh perlu dipegang bersama.
Tuesday, January 6, 2009
Think Out of The Box
Menarik. Ahad 4 Juni 2009, kelas saya di pascasarjana ramai. Pasalnya, Pak Adian Husaini, dalam menyampaikan materi kapita selekta pemikiran dan peradaban Islam, membukanya dengan soal ISRAEL. Kata beliau, ketika Yahudi Israel terlunta-lunta di Eropa, Herzl, pendiri negara Israel tersebut, punya satu mimpi. Yakni mendirikan negara Israel raya. Tentu saja, waktu itu, ide tersebut jadi bahan lelucon.
Meskipun demikian, ia bergeming alias tidak bergerak sedikit pun dari idenya. Akhirnya, ia menulis sebuah propaganda tentang wilayah tak berpenduduk untuk penduduk yang tak berwilayah.
Apa yang menarik? Ingat, kita sama sekali tak mendukung Israel. Karena Israel jelas musuh kita: sampai tetes darah penghabisan. Lalu, apa yang menarik? Yang menarik adalah berpikir out of the box.
Apa hubungannya dengan dunia buku sekarang? Karena kurang ramainya pasar buku hari ini, banyak pihak yang mengeluh. Kata mereka, hal itu dipengaruhi banyak hal. Mulai rendahnya minat baca, kurangnya daya beli, susahnya mendapatkan buku, kurang pedulinya pemerintah, mahalnya harga buku, banyaknya tema yang sama, sampai tidak mudahnya mendapatkan naskah atau penulis.
Meski alasan-alasan tersebut terkesan hanya mencari pembenaran, tapi itu juga benar. Kurang lebih faktanya begitu. Hanya saja, hal itu tidak boleh melemahkan motivasi kita untuk berkarya. Di balik tantangan ada peluang. Kata pepatah, tak ada pelaut ulung di laut tenang. Ide—terkadang—harus liar. Maka, berpikirlah sesuatu yang belum ada dan siap-siaplah mendengar tawa.
Meskipun demikian, ia bergeming alias tidak bergerak sedikit pun dari idenya. Akhirnya, ia menulis sebuah propaganda tentang wilayah tak berpenduduk untuk penduduk yang tak berwilayah.
Apa yang menarik? Ingat, kita sama sekali tak mendukung Israel. Karena Israel jelas musuh kita: sampai tetes darah penghabisan. Lalu, apa yang menarik? Yang menarik adalah berpikir out of the box.
Apa hubungannya dengan dunia buku sekarang? Karena kurang ramainya pasar buku hari ini, banyak pihak yang mengeluh. Kata mereka, hal itu dipengaruhi banyak hal. Mulai rendahnya minat baca, kurangnya daya beli, susahnya mendapatkan buku, kurang pedulinya pemerintah, mahalnya harga buku, banyaknya tema yang sama, sampai tidak mudahnya mendapatkan naskah atau penulis.
Meski alasan-alasan tersebut terkesan hanya mencari pembenaran, tapi itu juga benar. Kurang lebih faktanya begitu. Hanya saja, hal itu tidak boleh melemahkan motivasi kita untuk berkarya. Di balik tantangan ada peluang. Kata pepatah, tak ada pelaut ulung di laut tenang. Ide—terkadang—harus liar. Maka, berpikirlah sesuatu yang belum ada dan siap-siaplah mendengar tawa.
Friday, January 2, 2009
Dunia Buku Lagi Lesu (?)
Beberapa kali bersilaturahmi ke para perajin buku, ada satu pesan yang dengan mudah saya tangkap. Pesannya jelas: dunia buku lagi lesu. Persoalan paling sederhananya, serapan buku di pasar tak lagi lancar.
Ada apa? Berdasarkan pengamatan sekilas, boleh jadi perbukuan sekarang terkena imbas krisis dunia. BBM memang turun. Tapi, apakah harga barang-barang otomatis turun? Ini jika kita melihat keluar.
Jika kita melihat ke dalam, aroma ‘kelesuan’ tersebut sudah lama tercium. Pertama, buku-buku yang terbit temanya hampir sama atau bahkan sama persis. Ini jelas tidak menguntungkan, baik bagi pembaca maupun penerbit. Kedua, dari segi penampilan kurang berkarakter. Banyak kaver yang konsepnya hanya mengamati, meniru, dan lebih suka meniru. Ketiga, belum ada perluasan pasar. Banjir buku di agen sering kali memaksa mereka untuk mengirim banjir return ke penerbit.
Nah, dalam kondisi seperti ini banyak penerbit yang menggunakan jurus mujahadah. Yakni mencurahkan segenap tenaga untuk bisa bertahan. Syukur-syukur bisa menyerang dan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Seperti pada krisis tahun 2007.
Lebih dari itu, sebenarnya ada hal yang lebih mendasar. Kebenaran harus tetap disuarakan. Seni menjemput rezeki itu soal tersendiri. Lapang-sempitnya rezeki itu sudah pasti. Dan dunia perbukuan adalah salah satu maisyah yang telah Allah bagikan kepada makhluk-Nya. Maka, doa dan ikhtiar yang optimal adalah solusi.
Ada apa? Berdasarkan pengamatan sekilas, boleh jadi perbukuan sekarang terkena imbas krisis dunia. BBM memang turun. Tapi, apakah harga barang-barang otomatis turun? Ini jika kita melihat keluar.
Jika kita melihat ke dalam, aroma ‘kelesuan’ tersebut sudah lama tercium. Pertama, buku-buku yang terbit temanya hampir sama atau bahkan sama persis. Ini jelas tidak menguntungkan, baik bagi pembaca maupun penerbit. Kedua, dari segi penampilan kurang berkarakter. Banyak kaver yang konsepnya hanya mengamati, meniru, dan lebih suka meniru. Ketiga, belum ada perluasan pasar. Banjir buku di agen sering kali memaksa mereka untuk mengirim banjir return ke penerbit.
Nah, dalam kondisi seperti ini banyak penerbit yang menggunakan jurus mujahadah. Yakni mencurahkan segenap tenaga untuk bisa bertahan. Syukur-syukur bisa menyerang dan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Seperti pada krisis tahun 2007.
Lebih dari itu, sebenarnya ada hal yang lebih mendasar. Kebenaran harus tetap disuarakan. Seni menjemput rezeki itu soal tersendiri. Lapang-sempitnya rezeki itu sudah pasti. Dan dunia perbukuan adalah salah satu maisyah yang telah Allah bagikan kepada makhluk-Nya. Maka, doa dan ikhtiar yang optimal adalah solusi.
Subscribe to:
Posts (Atom)