heran. tahun 2008 hingga pertengahan 2009 ini banyak pegiat buku yang merasa harus berjuang lebih keras. pasalnya, pada tahun-tahun sebelumnya, hampir semua buku laku. entah karena waktu itu pemainnya kurang entah keadaan perekonomian masih longgar. berbeda dengan sekarang, yang banyak penerbit dan agen mengeluhkan sulitnya menjual buku, khususnya buku baru. meskipun penggarapan sudah maksimal, tapi respons pasar masih biasa.
tentu saja, ini banyak berimbas ke bagian lain. penerbit, bisa saja, cashflownya tidak lancar. agen, mungkin juga, tidak mampu membayar beban tagihan yang semakin menggunung, selain tempatnya tidak muat (emang sebagian agen ada yang jadi gudang kedua penerbit...). solusi logis, ya diretur saja ke penerbit sehingga memunculkan istilah baru di dunia perbukuan: BEST RETUR (kalo yang ini penerbit bakalan pusiing tujuh keliling dibuatnya).
bagi penulis, editor, dan tim kreatif sebuah penerbit, jelas ini tantangan. bagaimana bisa mendahului di tikungan (itu sih maunya, kayak valentino rossi ya). cari solusi secepatnya. tidak hanya bertahan hidup, tapi bagaimana membuat terobosan baru.
namun satu, yang menurut saya, perlu saya tanyakan. sudahkah para penerbit menggarap pembaca baru ataupun lama? adakah ukuran yang jelas tentang tahapan ilmu/dosis (penerbit ibarat dokter loo...) yang harus diberikan ke pembaca. atau, mungkinkah selama ini, penerbit mengansumsikan bahwa kebutuhan pembaca sama dengan penerbit?
pasti ada jalan keluar. apa itu? (masing-masing penerbit memiliki cara yang berbeda-beda). ada yang mengurangi karyawannya (kalau yang ini gawat deh...bisa bikin sakit hati dan bisa jadi pelajaran yang akan diingat sehidup semati....atau malah bisa jadi awal kesuksesan ya...). ada yang gulung tikar (kalau yang ini lebih gampang deh, tapi kalau mau gelar tikar lagi ya .....), ada yang super hemat, baik di anggaran maupun yang lain, dan lain-lain.
tapi ingat ya, jangan bilang buku yang gak laku-laku itu 'jelek' semuanya. belum tentu. tema mungkin bagus, judul juga bagus, kaver juga demikian. iklan sudah maksimal. komunikasi pun optimal. terus? ya kalau semua syarat sudah dipenuhi, kata hati kecil saya, ya karena 'BELUM ADA PETUNJUK TUHAN' (he...he....bukan berapologi ya....tapi berdasarkan pakta...eee..bukan ...tapi fakta di lapangan). atau juga, perlu ada usaha spiritual untuk membuka pintu-pintu langit.
allahumma la sahla illa ma ja'altahu sahla wa anta taj'alul hazna idza syi'ta sahla.
Fahrur Mu'is
Penulis dan praktisi perbukuan
No comments:
Post a Comment