Total Pageviews

Search This Blog

Wednesday, October 21, 2009

BAGAIMANA MENULIS BUKU YANG MENGGUGAH?


Apa itu buku yang menggerakkan? Apa itu buku yang menggugah? Dan siapa pula yang digerakkan atau digugah? Yang menggugah adalah penulis dan yang digugah adalah pembaca. Melalui apa? Ya tentu saja melalui tulisan yang ada dalam buku tersebut.

Apa contohnya? Ketika saya menulis buku BAHAGIA SAAT SAKIT (BSS), banyak orang yang tergugah dan tergerak setelah membacanya. Inilah beberapa komentarnya:

" Aku lagi baca bukumu nih yang berjudul Bahagia Saat Sakit. Buku kamu lumayan, jadi sedikit support bua aku saat ini. Tapi…kadang kumerasa lelah dengan semua cobaan ini.” (081 335 xxx xxx)

“Namaku Uswah, rumahku di Kendal, aku dah baca karya Anda, yang berjudul BSS, aku cuma mau ucapin teruslah berkarya untuk kemaslahatan umat.”

“Alhamdulillah saya merasa terbantu ketika saya dapat tugas Kultum dengan buku karya akhi, BSS.”

“Selamat malam, aku Dodo anak smp n 1, pak saya baru saja membeli buku karya Anda yang berjudul BSS, saya mau tanya rahasianya apa?”

“Saya salut dengan buku BSS. TERIMAKASIH ATAS BUKU YANG TELAH MEMBUAT SI SAKIT TEGAR DAN OPTIMIS. SELAMAT.” (Rahmat, Pekanbaru)

“Ustadz Fahrur, saya Uwitri siswa sma kelas 2. Saya cuma mau bilang buku BSS bagus sekali.”

“Akhi syukran jazilan ya, setelah anA baca buku BSS, alhamdulillah lebih semangat menjalani hidup. Ana berfikir kalau hati sudah sakit, kenapa raga ini harus sakit. Oh ya saya tunggu karya Antum berikutnya.” (Bahjah Marhyah, Cilegon).

“Setelah kubaca BSS, ternyata meskipun kecil tapi isinya bagus banget. Kusuka karena isinya dipadukan antara pengobatan secara alami dan disertai doa-doa. Jadi siapa yang mengamalkan sungguh berjalan kedua-duanya.” (Alfaqiroh A'in Al-Jamboni).

Demikianlah, hanya salah satu contoh, buku yang menggugah pembacanya. Alhamdulillah. Namun perlu kita ingat, buku yang menggerakkan, isinya tidak selamanya sesuai dengan pendapat pembaca. Bisa juga sebaliknya. Pembaca tidak setuju. Tapi dengan membacanya, dalam dirinya ada semacam kritik membangun terhadap pengetahuan lamanya. Dan wajar saja, jika komentar yang masuk pun terkesan masih membela pendapatnya.

Bagaimana cara menulisnya? Berdasarkan pengalaman saya ketika menulis buku BAHAGIA SAAT SAKIT, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, yaitu:

1. Tulislah dengan sepenuh hati
Posisikan diri Anda sebagai orang yang tulus menasihati saudara Anda yang lain. Anda tidak berhak menghukumi, memvonis, atau menyalahkan pembaca. Anda hanya seorang penasihat yang dengan ikhlas ingin mendengar, menemani, dan menyemangati calom pembaca buku Anda.

2. Tulislah seakan Anda berbicara langsung dengan pembaca.
Ketika Anda menulis, anggaplah Anda sedang berkomunikasi langsung dengan pembaca. Hilangkan sekat-sekat yang menghalangi Anda dekat dengan calon pembaca buku Anda. Mulailah dari hal-hal yang menyenangkan hatinya. Ikutlah sedih ketika tema yang ditulis memang sedih.

3. Dramatisasi tulisan Anda.
Mendramatisasi suatu keadaan terkadang dapat menyentuh hati calon pembaca. Sampaikanlah bahwa ada keadaan begini dan begini. Buatlah pikiran dan hati pembaca terbawa dalam alur tulisan Anda. Bukan berarti kita harus bergaya seperti ahli sastra atau juga bak penyair hebat. Kita cukup menggunakan ‘kunci’ yang pas untuk membuka pintu hati dan perasaannya.

4. Beri motivasi
Setiap orang membutuhkan motivasi. Oleh karena itu, berilah motivasi kepada calon pembaca buku Anda. Prinsip tarhib ‘menakut-nakuti’ dan targhib ‘memotivasi’ harus kita gunakan dengan seimbang. Karena jiwa manusia memang tidak bisa lepas dari keduanya. Terkadang perasaan takut menghantuinya sehingga ia kembali pada jalan yang lurus. Dan terkadang motivasi akan menyemangatinya untuk meraih pahala yang besar.

Inilah sedikit yang saya ingat ketika menulis buku Bahagia Saat Sakit. Semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi teman-teman yang ingin berdakwah lewat tulisan.

1 comment:

syahrulnizam said...

Saya suka membaca tips ini. Ijinka saya link ke blog dan FB saya.