Oleh: Fahrur Mu'is
Sebelum saya mengenal dunia penerbitan, saya memiliki cita-cita yang, menurut orang kampung saya, tidak masuk akal. Cita-cita tersebut adalah menjadi penulis. Saya menyadari hal itu karena masyarakat saya adalah masyarakat tukang kayu. Setiap hari yang mereka tahu adalah bagaimana kebutuhan materi tercukupi. Mereka tidak tahu buku ini dan buku itu. Paling banter, yang mereka tahu adalah buku yasin, barzanji, dan tahlilan. Tidak lebih dari itu.
Namun, saya tidak putus asa. Ejekan dan celaan mereka justru saya tanggapi dengan banyak membaca dan menuliskan apa yang saya ketahui ke dalam lembaran-lembaran buku tulis. Benar, saya berhasil menulis hingga belasan judul di buku tulis. Waktu itu saya tidak tahu, bagaimana buku tersebut bisa diterbitkan dan dibaca banyak orang. Bahkan, saya yakin hingga sekarang hanya ada segelintir orang yang membacanya. Atau, bisa jadi, tak ada seorang pun yang membacanya.
Karena satu dan lain hal, cita-cita tersebut sempat saya lupakan. Selama tiga tahun saya berpetualang menuntut ilmu dan mencari pengalaman kerja. Memang agak pahit, tapi ia menyembuhkan. Dalam rentang waktu tersebut, saya pernah tercatat sebagai penjual sayuran, pedagang mie ayam, guru, karyawan, dan sopir. Tak ada yang kebetulan karena semua telah ditakdirkan. Demikian saya mencoba menghibur diri.
Sampai akhirnya saya bertemu dengan teman-teman yang bergelut di dunia penerbitan buku. Tanpa sadar, cita-cita saya menjadi penulis bangkit kembali. Menemukan tempat yang tepat untuk bermimpi. Namun, saya sempat kecewa. Selama dua tahun di penerbitan, ternyata saya mandul. Tak ada karya yang saya hasilkan, selain buku-buku yang saya sunting.
Memang saya sempat menawarkan beberapa karya ke beberapa penerbit. Tapi, malang tak dapat ditolak dan untung tak dapat diraih. Karena kritikan dari berbagai penerbit, hampir saja saya berkesimpulan bahwa mereka adalah tim pencela. Bukan pembangun mental dan jiwa.
Saya kembali ke cita-cita awal. Menulis dengan hati untuk kemaslahatan umat. Bukan mengejar royalti atau ketenaran. Saya ingin menulis untuk menyampaikan kebenaran. Tak peduli, biar pembaca yang menilai. Dan, alhamdulilah sudah terbukti. Setelah beberapa buku saya terbit, banyak respon positif dari para pembaca yang membaca dengan hati. Dan benar, apa yang dari hati akan sampai ke hati.
No comments:
Post a Comment