Total Pageviews

Search This Blog

Thursday, June 19, 2008

JUDUL PUN PERLU ETIKA

JUDUL PUN PERLU ETIKA

Ketika terbit buku yang berjudul Dajjal 'Sudah' Muncul dari Khurasan, banyak orang yang mengeluh kepada saya. Kata mereka, dengan setengah tidak percaya, "Mas, apa betul Dajjal sudah muncul? Terus, sekarang di mana?" Bahkan, saking takutnya, ada seorang pembaca yang datang ke penerbit minta dituliskan doa-doa penangkal Dajjal.

Menarik. Karena judul tersebut berhasil menyedot perhatian pembaca. Tapi sayang, ketika ditanyakan ke hati nurani, secara jujur dan jelas ternyata judul tersebut sedikit mengelabui. Meskipun, itu adalah keputusan pemasaran dan penerbit telah memberi tanda kutip tunggal pada kata 'Sudah' yang pada cetakan berikutnya diberi keterangan baca: 'Sudah Pasti' sebagai bentuk pertanggung jawaban. Diakui ataupun tidak, demikianlah adanya karena kata 'Sudah' tak bisa ditafsiri.

Sebulan kemudian, saya diminta oleh para mahasiwa UNS untuk menjadi moderator dalam acara bedah buku Sudah Munculkah Dajjal, Ya'juj & Ma'juj? Sekali lagi, banyak pihak yang menyampaikan kepada saya bahwa judul tersebut latah dan dipaksakan. Modal numpang.

Ternyata, fenomena tersebut tidak hanya terjadi pada buku-buku pemikiran, tetapi juga telah merambah pada buku-buku hiburan. Ambil saja contohnya buku Misteri Shalat Subuh yang dibantah 'gila-gilaan' oleh buku Menguak Misteri Shalat Subuh. Bahkan, ketika saya ingin menulis buku, saya betul-betul kaget. Mengapa? Karena ternyata buku bantahannya sudah terbit duluan.

Tidak hanya itu. Judul yang asal numpang alias ikut-ikutan juga banyak. Baru-baru ini saya dicurhati oleh teman sesama penulis yang judul bukunya juga mengalami nasib yang sama. Bedanya dengan saya, bukunya sudah terbit dahulu kemudian baru 'ditumpangi'.

Akhlak penjudulan. Itu yang mau saya sampaikan di sini. Saya tahu bahwa itu semua ada ilmunya dalam buku-buku refrensi tentang penulisan. Tapi, ada yang perlu kita ingat: apakah itu adalah cara orang beriman ataukah tidak. Jangan-jangan itu adalah jalan orang-orang di luar Islam yang menghalalkan segala cara. Apakah demi segepok uang kita tega 'sedikit' membohongi? Apakah karena ingin mengejar perdikat bestseller kita abaikan akhlak islami? Mari bertanya pada hati kecil kita. Sekali lagi, di sini saya mewakili keresahan sebagian pembaca, bukan bermaksud apa-apa.

1 comment:

Anonymous said...

assalamualaikum. Masalahnya ide ga ada Hak Patennya mas, kecuali jika ide sudah di transfer jadi sebuah buku. JAdi hati-hati menyimpan ide penjudulan...