Alhamdulilah
saya mendapat kesempatan belajar lagi. Kali ini belajar hadis kepada muhaddis
(ahli hadis) yang sanadnya bersambung kepada para penulis kitab hadis dan para
pengarang kitab hadis tersebut sanadnya sampai Rasulullah. Beliau adalah Syaikh
Naji Al-Bakir Asy-Syaikh Musa, seorang muhaddist dari Sudan.
Sebelumnya,
beliau dan gurunya, Syaikh Musa’id Basyir al-muhadditts al-kabir, pengasuh
Ma’had Hadis Al-Bukhari di Sudan, juga pernah mengadakan daurah ilmiah kitab Sahih
al-Bukhari dan Sahih Muslim di Jakarta dan Jawa Tengah. Kali ini, beliau
menyampaikan kitab hadis Sunan At-Tirmidzi. Tempatnya di Masjid Al-Falah,
Pekanbaru Sumatra dan waktunya dari 28 Rabiul Awwal-14 Jumadil Ula 1433 H/ 20
Maret 2012-5 April 2012.
Pada
daurah terakhir inilah saya ikut. Kurang lebih akan dilaksanakan 17 hari.
Adapun hadis beserta sanadnya yang akan disampaikan ada 3.956 hadis. Tiap hari
targetnya dibacakan dan dipelajari minimal 200 hadis.
Hal
ini sangat penting. Sebagaimana dijelaskan dengan panjang oleh Imam Tirmidzi
dalam Kitab Al-‘Ilal. Salah satunya, beliau menukil perkataan Abdullah bin Al-Mubarak bahwa sanad adalah bagian dari
agama. Kalau tidak ada sanad niscaya siapa saja akan mengatakan apa saja yang
ia suka.
Mengapa
Kitab Sunan Tirmidzi yang dipelajari? Selain karena Kitab Shahih Bukhari
dan Muslim sudah pernah didaurahkan di Indonesia, setidaknya ada tiga kelebihan Sunan At-Tirmidzi. Yaitu di dalamnya disebutkan nama para shahabat,
disebutkan perbedaan pendapat para fuqaha secara rinci, dan menyebutkan derajat
hadis beserta alasannya. Bahkan Syaikh Ahmad bin Muhammad Syakir mengomentari
bahwa Sunan Tirmidzi adalah kitab hadis paling bermanfaat bagi para ulama dan
pelajar dalam bidang ilmu ini.
Metode
talaqqi Kitab Sunan At-Tirmidzi ini adalah sebagai berikut:
Pertama,
Syaikh Naji Al-Bakir Asy-Syaikh Musa membacakan kitab sunan hadis Tirmidzi
huruf demi haruf kepada para murid dan para murid mendengarkan dan menyimak
kitab baik-baik. Tidak ada satu huruf pun dalam kitab yang ditinggalkan.
Kedua,
Syaikh menjelaskan makna hadis yang memerlukan penjelasan dan adakalanya para
murid langsung mengajukan pertanyaan terhadap makna hadis yang belum dipahami.
Ketiga,
Syaikh menjelaskan hadis-hadis yang daif dalam kitab Sunan Tirmidzi dan
menjelaskan sebabnya. Misalnya beliau mengatakan bahwa hadis ini daif karena
ada rawi yang majhul, munqathi’, syadz, dan sebagainya.
Keempat,
terkadang murid disuruh membaca hadis Sunan Tirmidzi dan syaikh menyimaknya.
Jika ada salah baca atau salah ketik dalam kitab, beliau membetulkannya.
Bagaimana
kelanjutannya? Tunggu kabar selanjutnya. Alhamdulillah, hari pertama ini kita
sudah menyelesaikan lebih dari 300 hadis. Banyak sekali manfaatnya. Kita di
sini bisa meluangkan waktu untuk membaca hadis-hadis Rasulullah, mulai dari bab
Thaharah, shalat, jumah, zakat, shoum, hajji, janaiz, nikah, ridha’, thalak wa
li’an, buyu’, ahkam, diyat, hudud, shid, adhahi, nadzar wal aiman, siyar,
fadailul jihad, al-jihad, dan sebagainya.
Saya
yakin, kalau kita tidak meluangkan waktu dan memiliki keinginan yang kuat untuk
membacanya, seumur hidup kita tidak akan dapat mengkhatamkannya. Padahal, kata
Syaikh, membaca dan mempelajari kutubut sittah/tis’ah (kitab hadis
enam/sembilan) adalah pengetahuan minimal yang harus diketahui oleh setiap
Muslim.
Nah,
pelajaran hari ini yang menarik dari Syaikh bahwa kesibukan kita adalah fitnah.
Karena sibuknya bekerja ataupun berdakwah, banyak dari kita yang tidak sempat
mempelajari hadis-hadis Rasulullah. Bahkan hampir semangat untuk mempelajari
ilmu syari sudah sirna. Jika sudah seperti ini tentu musibah bagi umat ini.
No comments:
Post a Comment