Sebelumnya saya sudah menulis tentang metode
talaqqi kitab Sunan At-Tirmidzi sebagai berikut:
Pertama,
Syaikh Naji Al-Bakir Asy-Syaikh Musa membacakan kitab sunan hadis Tirmidzi
huruf demi haruf kepada para murid dan para murid mendengarkan dan menyimak
kitab baik-baik. Tidak ada satu huruf pun dalam kitab yang ditinggalkan.
Kedua,
Syaikh menjelaskan makna hadis yang memerlukan penjelasan dan adakalanya para
murid langsung mengajukan pertanyaan terhadap makna hadis yang belum dipahami.
Ketiga,
Syaikh menjelaskan hadis-hadis yang daif dalam kitab Sunan Tirmidzi dan
menjelaskan sebabnya. Misalnya beliau mengatakan bahwa hadis ini daif karena
ada rawi yang majhul, munqathi’, syadz, dan sebagainya.
Keempat,
terkadang murid disuruh membaca hadis Sunan Tirmidzi dan syaikh menyimaknya.
Jika ada salah baca atau salah ketik dalam kitab, beliau membetulkannya.
Nah, pelajaran lain yang saya ambil dari metode tersebut bahwa kadang
kita harus dipaksa membaca agar mau dan bisa selesai membaca sebuah buku. Ini
pelajaran dari mulazamah kitab hadis Sunan Tirmidzi yang saya ikuti. Pertama,
setiap peserta harus meluangkan waktunya. Dan ini merupakan syarat mendapatkan
ilmu. Dalam hal ini saya harus meninggalkan anak istri, pekerjaan di kantor,
mengisi kajian, dan berbagai pertemuan dalam organisasi. Kedua, setiap peserta
harus membaca dengan teliti dan berkonsentrasi mendengarkan bacaan hadis
Syaikh. Hal ini akan mengajari ketelitian dan kesabaran kita, karena setiap
huruf tidak boleh dilewati. Salah harakat juga tidak boleh. Ketiga, bersifat
kritis. Terkadang ada salah tulis dalam kitab yang tertulis. Di sini Syaikh
akan menjelaskan kesalahannya sekaligus menunjukkan yang seharusnya. Keempat,
fokus dalam satu bidang ilmu dan pendampingan Syaikh dalam mulazamah sangat
membantu untuk menguasai ilmu yang dipelajari. Banyak pertanyaan yang bisa
diketahui dengan hanya sekadar membaca atau ditanyakan kepada Syaikh.
Menarik sekali jika metode ini bisa saya lakukan terhadap buku dan pembaca buku-buku saya. Saya pernah melakukan sistem ini dengan para jamaah masjid dalam mempelajari buku AGAR SHALAT TAK SIA-SIA. Dalam majelis tersebut memang waktu yang diperlukan agak panjang karena saya tidak hanya membacakannya, melainkan juga menjelaskan maksud dan latar belakang penulisan kalimat-kalimatnya.
No comments:
Post a Comment