Oleh: Fahrur Mu'is
Salah satu pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan jiwa seni yang tinggi ialah editor. Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita urai makna kedua kata tersebut. Teliti, menurut KBBI ialah cermat; saksama; hati-hati; ingat-ingat, sementara seni ialah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya); karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa.
Menurut hemat saya, seorang editor buku harus memiliki dua hal ini. Kenapa? Karena buku yang ia bidani kelahirannya merupakan karya yang bermutu dan diciptakan dengan keahlian yang luar biasa. Tak semua orang bisa dan mampu mengerjakannya.
Jiwa seni dan teliti adalah modal dasar. Perpaduan antara keduanya akan melahirkan sebuah kepuasan. Meskipun, persoalannya tidak berhenti sampai di situ. Karena masih ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan dari seorang editor, semisal bagaimana pandai bermain cantik dengan deadline dan mahir mencari solusi dari persoalan yang muncul saat mengedit.
Bagaimana kalau sekarang kita belum teliti? Asah dan latih terus ketelitian Anda. Semakin banyak naskah yang Anda edit, apa pun bentuknya, ketelitian Anda akan semakin meningkat. Bagaimana dengan jiwa seni? Itu juga soal mudah. Kalau selama ini tulisan atau editan kita masih terasa kaku, coba sering-seringlah membaca koran atau majalah. Bandingkan pilihan katanya. Asal ada kemauan untuk belajar dan mengembangkan diri, saya yakin hal ini mudah diatasi. Mau mencoba?
1 comment:
Salut buat Kang Muis. Semoga kita bisa satu tim lagi sehingga saya akan banyak belajar kepada kang Muis. Nambahi, ya. Ini juga menurut hemat saya bahwa seorang editor adalah orang yang memiliki sifat amanah. Ini karena ia membawa pesan penting dari seorang penulis pemilik gagasan dan harus disampaikan kepada jutaan umat manusia, tanpa menambahi atau mengurangi maksudnya, bahkan untuk waktu yang abadi (selama gagasan yang tercetak itu--buku--masih ada wujudnya dan dibaca). Itu saja.
Post a Comment