Bayangkan wahai saudaraku tercinta. Ketika anak-anak dan
orang-orang yang engkau cintai meletakkanmu di dalam kubur. Menutupimu
rapat-rapat. Lalu mereka mereka semua meninggalkanmu sendirian. Kemudian engkau
mendengar suara terompah mereka. Mereka pergi dan meninggalkanmu. Mereka
menguburmu di dalam tanah. Mereka meninggalkanmu dalam suasana yang menakutkan
dan mengerikan. Gelap-gulita. Jika engkau mengeluarkan tanganmu, niscaya engkau
tidak akan dapat melihatnya. Kegelapan yang menakutkan. Kegelapan yang
mematikan. Suasan yang mengerikan.
Dalam suasana yang mengerikan dan menakutkan ini, dalam kegelapan
yang menakutkan ini, engkau mendengar seseorang mengajakmu bicara. Alangkah
menakutkan! Dialah kubur. Jika penghuni kubur itu baik maka ia berkata
kepadanya, “Selamat datang.” Sebaliknya, bila penghuninya orang durhaka, maka
ia berkata kepadanya, “Tidak ada ucapan selamat datang bagimu.”
Rasulullah saw. pernah masuk ketempat shalatnya. Kemudian
beliau melihat orang-orang tertawa terbahak-bahak. Lalu beliau bersabda, “Ketahuilah,
seandainya kalian banyak-banyak mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian)
niscaya kalian tidak melakukan yang aku lihat sekarang ini. Karena itu
perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan.
Sesungguhnya tidaklah ada suatu hari
melewati makam (pekuburan) melainkan ia berbicara, ‘Aku rumah keterasingan, aku
rumah kesendirian, aku rumah tanah, aku rumah cacing tanah.’ Bila seorang hamba
mukmin dikuburkan, kubur berkata kepadanya, ‘Selamat datang, engkau adalah
orang yang berjalan di atas punggungku yang paling aku sukai, karena saat ini
aku diberi kuasa menanganimu dan engkau kembali kepadaku. Engkau akan melihat
apa yang akan aku lakukan kepadamu.’”
Rasulullah saw. melanjutkan, “Lalu diluaskan baginya
sejauh mata memandang dan dibukakan baginya pintu menuju surga. Dan bila
seorang hamba yang durhaka atau kafir dikubur, kubur berkata kepadanya, ‘Tidak
ada ucapan selamat datang bagimu. Engkau adalah orang yang melintas di atas
punggungku yang paling aku benci. Saat ini aku diberi kuasa menanganimu dan
engkau kembali kepadaku, engkau akan mengetahui apa yang akan aku lakukan
kepadamu.’
“Lalu kubur menghimpitnya hingga hingga
tulang-tulangnya tak karu-karuan (amburadul).”
Rasulullah memperagakan dengan memasukkan sebagian jari-jemarinya ke sebagian
yang lain.”
“Allah menguasakan untuknya tujuh puluh
ular besar. Seandainya satu diantaranya meniup bumi nicaya ia tidak akan bisa
menumbuhkan apa pun selama dunia masih ada, lalu semua menggigit dan melukainya
hingga datangnya hari perhitungan amal (hisab).”
Selanjutnya, Abu Sa'id berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya
kubur adalah salah satu taman surga atau lubang neraka.”[1]
Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ meriwayatkan dari
Ubaid bin Umair, ia berkata, “Allah menciptakan sebuah lisan bagi kubur untuk
bicara. Lalu kubur berkata, ‘Wahai anak Adam, mengapa engkau melupakan aku?!
Tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah rumah cacing tanah, rumah kesendirian dan
rumah keterasingan?!’”
Ibnul Mubarak meriwayatkan “Telah sampai kepadaku ketika
seorang mukmin meninggal dunia dan di bawa ke kuburan, maka ia berkata,
‘Bersegeralah membawaku ke kuburan.’ Ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad,
bumi berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku suka engkau berada di atas
punggungku. Sekarang engkau adalah orang yang paling aku sukai.” Dan ketika
seorang kafir meninggal dunia dan dibawa ke kuburan, maka ia berkata, “Bawalah
aku pulang kembali.” Lalu ketika ia dimasukkan ke dalam liang lahad, bumi
berkata kepadanya, “Sungguh aku sangat membencimu berada di atas punggungku.
Maka sekarang engkau adalah orang yang paling aku benci.” [2]
Ia juga berkata, “Telah sampai kepadaku berita bahwa mayit
itu diletakkan di dalam lubang kuburnya. Ia mendengar langkah kaki orang-orang
yang mengiring jenazahnya. Tidak ada sesuatupun yang dikatakan di awal
penguburannya. Lalu ia berkata, ‘Celakalah engkau wahai anak adam! Tidakkah
engkau takut kepadaku?! Tidakkah engkau takut pada kesempitanku?! Tidakkah
engkau takut pada kegelapanku?! Tidakkah engkau takut pada kebusukan aromaku?!
Tidakkah engkau takut pada kengerianku?! Inilah yang telah aku persiapkan
untukmu. Lantas, apa yang engkau persiapkan untukku?!’”[3]
Saudaraku tercinta. Bacalah semua ini dengan mata hatimu.
Perhatikanlah semua ini. Persiapkan semua itu mulai sekarang. Karena
sesungguhnya kematian pasti datang. Tidak ada keraguan sedikit pun. Adapun
orang beruntung adalah orang yang mau menerima nasihat dari orang lain.
Klik:
[1] HR Imam At-Tirmidzi dengan
sanad yang diperselisihkan para ulama. Lihat Dha’iful Jami’: 1231.
[2] Sanadnya shahih dalam Zawa’id
Az-Zuhdi karya Nu’aim dari Usaid bin Abdurrahman ra.
[3] Ibnul Mubarak
meriwayatkannya dalam Zawa’id Az-Zuhdi.
No comments:
Post a Comment