Total Pageviews

Search This Blog

Saturday, January 22, 2011

MENGAPA BUKU LEBIH DIKENAL DARIPADA PENULISNYA?

21/1/2011. Jumat malam Sabtu. Tepatnya pukul 20.30 WIB, saya mengisi kajian di Ponpes As-Salam Sukoharjo dengan tema: Orientalisme, Pola Barat Menghancurkan Islam. Pada sesi perkenalan, ada sesuatu yang mengagetkan para peserta setelah saya memperkenalkan diri.

"Haah!"
"Oooh!"
"Ini orangnya!"
"Saya sudah membaca bukunya!"

Demikian respons para peserta kelas 10, 11, dan 12 putri MA As-Salam setelah saya tunjukkan buku-buku tulisan saya. Ternyata mereka telah membaca karya-karya saya dan secara tidak langsung telah mengenal nama saya. Hanya sebatas itu. Bentuk fisiknya baru mereka tahu malam tadi. Saya pun baru tahu bahwa mereka adalah pembaca buku saya.

Inilah fenomena dalam dunia perbukuan. Pembaca belum tentu mengenal penulisnya. Bahkan, buku lebih dikenal daripada pembacanya. Hal itu bisa dimaklumi, karena persebaran buku lebih cepat daripada jam terbang penulis menyapa pembacanya.Dan seringkali, penulis kurang dipromosikan sebagaimana bukunya.

Tidak sekali dua kali saya mengalami kejadian seperti ini. Di Pulau Simeulue, Propinsi Aceh, ketika saya berkenalan dengan seorang Anggota DPRD, dia mengaku telah membaca semua tulisan saya. Saya pun takjub. Demikian pula di Jakarta, Medan, dan kota lainnya.

Bagi penulis, ini adalah peristiwa berharga. Saya sendiri sampai pada kesimpulan bahwa pembaca buku saya adalah orang-orang yang cerdas. Mereka haus dan cinta ilmu. Mereka juga kritis. Dan mereka suka membaca tulisan yang menghibur, menyemangati, menambah ilmu, memberi solusi, dan mudah dipahami.

Lalu, mengapa buku lebih dikenal daripada penulisnya? Saya katakan, kadang-kadang hal itu bisa berjalan bersamaan atau sebaliknya.

Namun, dalam teori kebenaran, siapa yang lebih dikenal tidaklah penting. Yang penting adalah pembaca mengenal kebenaran itu sendiri kemudian meyakini dan mengamalkannya. Ini sebagaimana pesan Shahabat Ali ra kepada kita semua: "Kebenaran tidak dikenal dari orang-orangnya. Tetapi kenalilah kebenaran, maka engkau akan tahu siapa orang-orang yang berada di atas kebenaran!” (Atsar ini diterima dan sering dinukil oleh para ulama. Lihat: Faidhul Qadir: I/17, Shaidul Khathir hal. 36, Al-Jami'u li Ahkamil Qur'an: 1/380, dll.)

Semoga Allah selalu menjaga keikhlasan saya sehingga para pembaca akan menerima karya-karya saya dengan ketulusan hati, dan mereka merekomendasikannya kepada orang lain karena memang cinta pada ilmu.

No comments: