Oleh: Fahrur Mu'is
Terus terang, menulis buku butuh perjuangan. Seringkali ide saya berseliweran di kepala. Ada judul ini dan ada judul itu. Semuanya menurut saya menarik. Saya pun ingin segera menulisnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Tidak lama-lama. Paling sepekan, dua pekan, dan maksimal satu bulan.
Tapi seringnya kenyataan berkata lain. Jangka waktu yang sudah saya targetkan itu tidak menyelesaikan ide saya menjadi buku. Bahkan kadang-kadang cuma jadi mukadimah sudah berhenti. Kadang-kadang cuma jadi satu-dua bab. Dan ada yang hanya jadi judul dan daftar isi.
Terkadang memang berat melawan diri sendiri. Persoalannya bukan selalu tidak adanya waktu. Bukan tidak adanya fasilitas. Tapi kadang-kadang memang sulit menyingkirkan kemalasan dalam diri. Kurang kuatnya tekad dan sering banyak beralasan. Atau, jangan-jangan lalai dalam kenyamanan dan kemapanan.
Jika sudah begitu, saya selalu teringat para ulama yang sangat produktif menulis. Betapa banyak karya mereka. Betapa barakah waktunya. Betapa saya belum ada apa-apanya, apalagi sampai pada maqom mereka.
Di sinilah terkadang saya harus menjewer telinga sendiri. Karena jeweran orang lain biasanya tidak mempan. Hati kecilku berkata, “Tulislah sesuatu yang bermanfaat bagi umat. Tanpa melihat pujian dan celaan manusia. Karena kamu dimudahkan Allah dalam hal ini. Ya Allah, selalu tolonglah dan bimbinglah hamba yang lemah ini dalam menyampaikan risalah-Mu ini.”