Total Pageviews

Search This Blog

Wednesday, January 21, 2009

BUKU YANG BERMANFAAT

Oleh: Fahrur Mu’is
Penulis Rajin Shalat Badan Sehat

Diawali sebuah pertanyaan mengapa banyak muslim malas mendirikan shalat, saya menulis buku Rajin Shalat Badan Sehat. Dalam asumsi awal saya, ada beberapa hal yang melatarbelakanginya. Di antaranya ialah karena banyak umat Islam yang tak tahu manfaat shalat. Padahal, dalil syar’i ataupun ilmu pengetahuan sama-sama menunjukkan jutaan manfaat yang terkandung dalam ibadah tersebut.

Inilah yang menurut saya perlu dijembatani. Kita tidak boleh tutup mata terhadap fakta ini. Mengapa? Pendalaman terhadap ilmu ini dapat meningkatkan ketaatan kita kepada Allah. Itu karena ilmu agama akan memudahkan pemiliknya menapaki jalan yang diridhai-Nya. Tegasnya, memudahkan jalan ke surga.

Tentu saja, saat menulis, saya berharap tulisan yang jadi nanti dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca. Lalu, apa indikasinya? Setidaknya, setelah empat bulan buku saya didistribusikan, ada beberapa komentar yang masuk ke HP saya. Inilah di antaranya:

“Assalamualaikum! Selamat pagi! Nama saya Fandy, baru saja saya membaca buku Anda yang judulnya RAJIN SHALAT, BADAN SEHAT. Saya sangat senang bisa membacanya karena dari buku ini saya bisa mengetahui manfaat shalat.” 085242833xxx

“Buku RSBS cukup bagus....” (SMS dari Saudara Ilham di Masohi Maluku Tengah)

“Assalamualaikum, salam ukhuwah. Saya Hamdani al-maidany dari Semarang. Alhamdulillah saya membeli buku yang Anda tulis: RAJIN SHALAT BADAN SEHAT. Subhanallah bagus. Saya mendapatkan manfaat yang banyak dari ilmu yang Anda sampaikan melalui buku tersebut.” (02491100xxx)

Itulah sedikit komentar dari pembaca yang sekaligus saya anggap sebagai standar bahwa buku saya telah mengandung manfaat. Maka, tak salah jika saya katakan bahwa buku yang paling baik adalah buku yang paling banyak manfaatnya bagi manusia. Ini sebagaimana kata Nabi dalam hadis Bukhari dan Muslim bahwa sebaik-baik manusia di antara kalian adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.
Semoga kita menjadi orang yang dapat mengambil manfaat dari buku yang kita baca.

Tuesday, January 20, 2009

ALHAMDULILLAH BANYAK MANFAAT


Inilah komentar dari pembaca yang telah mewujudkan harapan saya, yaitu menulis buku yang banyak manfaat. Di blog saya, pas di bawah kaver buku RSBS, sekitar 4 bulan yang lalu saya tulis: semoga banyak manfaat. Dan inilah salah satu buktinya:

Assalamualaikum, salam ukhuwah. Saya Hamdani al-maidany dari Semarang. Alhamdulillah saya membeli buku yang Anda tulis: RAJIN SHALAT BADAN SEHAT. Subhanallah bagus.

Saya mendapatkan manfaat yang banyak dari ilmu yang Anda sampaikan melalui buku tersebut. (02491100xxx)


Semoga manfaat ini dapat ditemukan juga oleh kaum muslimin yang lain, sehingga manfaat lebih bisa dirasakan oleh banyak orang.

Friday, January 9, 2009

Satu Buku Diterbitkan Ramai-Ramai

Ketika berkunjung ke beberapa toko buku, saya mendapatkan satu fenomena yang mengganjal hati. Yakni adanya sebuah naskah yang diterbitkan ramai-ramai oleh banyak penerbit. Naskahnya sama. Itu bisa dicek dengan melihat nama penulis dan judul asli Arabnya di identitas buku.

Sebagai konsumen saya bingung dan kecewa. Pertama, hal seperti ini rentan mengecewakan. Karena kalau tidak diteliti, bisa jadi kita membeli dua buku yang sebenarnya isinya sama. Kedua, kalaupun kita tahu, tentu hal itu akan membingungkan kita saat memilih. Dan tentu saja, jika kita kritis, kita akan menanyakan kredibilitas penerbitnya. Termasuk siapa penerjemah dan editornya.

Sebut saja buku Panduan Shalat Lengkap Empat Madzhab tulisan Abdul Qadir Ar-Rahbawi dan Kenapa Harus Shalat karya Muhammad Al-Mukaddam. Saya mendapatkan buku tersebut minimal sudah dicetak oleh tiga penerbit. Anehnya lagi, dari segi isi dan penampilan tidak ada perbedaan yang mencolok.

Sebagai seorang pegiat buku saya memahami fenomena ini. Pertama, bisa jadi naskah tersebut dinilai bagus oleh para penerbit. Tak peduli sudah diterbitkan orang lain atau belum. Kedua, sebenarnya penerbit ingin mencari naskah yang berbeda, tapi kesulitan mendapatkannya. Dan asumsi-asumsi lainnya.

Lalu, apa yang mengganjal hati? Menurut saya, penerbitan satu buku ramai-ramai bisa menjadikan ilmu tak berkembang. Itu-itu saja pembahasannya. Padahal, ide dan tema baru takkan pernah habis. Yang paling parah ialah jika itu dilakukan semata-mata untuk mengejar target penjualan dan merasa nyaman menjadi pengekor. Maka, prinsip menerbitkan buku yang benar-benar dibutuhkan masyarakat dan temanya belum banyak disentuh perlu dipegang bersama.

Tuesday, January 6, 2009

Think Out of The Box

Menarik. Ahad 4 Juni 2009, kelas saya di pascasarjana ramai. Pasalnya, Pak Adian Husaini, dalam menyampaikan materi kapita selekta pemikiran dan peradaban Islam, membukanya dengan soal ISRAEL. Kata beliau, ketika Yahudi Israel terlunta-lunta di Eropa, Herzl, pendiri negara Israel tersebut, punya satu mimpi. Yakni mendirikan negara Israel raya. Tentu saja, waktu itu, ide tersebut jadi bahan lelucon.

Meskipun demikian, ia bergeming alias tidak bergerak sedikit pun dari idenya. Akhirnya, ia menulis sebuah propaganda tentang wilayah tak berpenduduk untuk penduduk yang tak berwilayah.

Apa yang menarik? Ingat, kita sama sekali tak mendukung Israel. Karena Israel jelas musuh kita: sampai tetes darah penghabisan. Lalu, apa yang menarik? Yang menarik adalah berpikir out of the box.

Apa hubungannya dengan dunia buku sekarang? Karena kurang ramainya pasar buku hari ini, banyak pihak yang mengeluh. Kata mereka, hal itu dipengaruhi banyak hal. Mulai rendahnya minat baca, kurangnya daya beli, susahnya mendapatkan buku, kurang pedulinya pemerintah, mahalnya harga buku, banyaknya tema yang sama, sampai tidak mudahnya mendapatkan naskah atau penulis.

Meski alasan-alasan tersebut terkesan hanya mencari pembenaran, tapi itu juga benar. Kurang lebih faktanya begitu. Hanya saja, hal itu tidak boleh melemahkan motivasi kita untuk berkarya. Di balik tantangan ada peluang. Kata pepatah, tak ada pelaut ulung di laut tenang. Ide—terkadang—harus liar. Maka, berpikirlah sesuatu yang belum ada dan siap-siaplah mendengar tawa.

Friday, January 2, 2009

Dunia Buku Lagi Lesu (?)

Beberapa kali bersilaturahmi ke para perajin buku, ada satu pesan yang dengan mudah saya tangkap. Pesannya jelas: dunia buku lagi lesu. Persoalan paling sederhananya, serapan buku di pasar tak lagi lancar.

Ada apa? Berdasarkan pengamatan sekilas, boleh jadi perbukuan sekarang terkena imbas krisis dunia. BBM memang turun. Tapi, apakah harga barang-barang otomatis turun? Ini jika kita melihat keluar.

Jika kita melihat ke dalam, aroma ‘kelesuan’ tersebut sudah lama tercium. Pertama, buku-buku yang terbit temanya hampir sama atau bahkan sama persis. Ini jelas tidak menguntungkan, baik bagi pembaca maupun penerbit. Kedua, dari segi penampilan kurang berkarakter. Banyak kaver yang konsepnya hanya mengamati, meniru, dan lebih suka meniru. Ketiga, belum ada perluasan pasar. Banjir buku di agen sering kali memaksa mereka untuk mengirim banjir return ke penerbit.

Nah, dalam kondisi seperti ini banyak penerbit yang menggunakan jurus mujahadah. Yakni mencurahkan segenap tenaga untuk bisa bertahan. Syukur-syukur bisa menyerang dan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Seperti pada krisis tahun 2007.

Lebih dari itu, sebenarnya ada hal yang lebih mendasar. Kebenaran harus tetap disuarakan. Seni menjemput rezeki itu soal tersendiri. Lapang-sempitnya rezeki itu sudah pasti. Dan dunia perbukuan adalah salah satu maisyah yang telah Allah bagikan kepada makhluk-Nya. Maka, doa dan ikhtiar yang optimal adalah solusi.